Salah seorang narasumber tengah memaparkan materi pada Seminar Eco Islam di Jakarta, Rabu (30/10). (Foto: NU Online/Rahman)
Jakarta, NU Online
Sampah kaca dan sampah plastik di Indonesia kian memprihatinkan. Setiap tahun jumlahnya semakin meningkat. Persoalan tersebut tidak bisa didiamkan, harus ada penanganan serius dari semua pihak agar sampah bisa dikelola dengan baik dan memunculkan manfaat.
Leader World Clean-Up Day Indonesia, Agustina Iskandar mengatakan jumlah sampah di Indonesia tahun 2015 saja mampu mencapai 64 juta ton. Jumlah itu diyakini kian meningkat seiring dengan berkembangnya kebutuhan masyarakat.
Agustina menjelaskan, penanganan sampah di Indonesia belum maksimal. Hal ini bisa dilihat dari data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang mencatat 69 persen sampah berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), tempat akhir menimbun sampah. Ia menyebutkan, dari 64 juta ton itu 24,0 persen sampah kaca dan 23,8 persen sampah plastik.
“Hampir setengahnya, sementara yang bisa diolah baru mencapai 15 persen,” ucap Agustina saat memaparkan materi pada Seminar Eco Islam di Salah satu Hotel di Jakarta Pusat, Rabu (30/10).
Indonesia pada tahun 2015, lanjut Agustina, juga didaulat sebagai terbesar kedua penyumbang sampah plastik ke lautan dunia. Untuk itu pada tahun 2018 lalu, pihaknya berpartisipasi pada kegiatan gerakan bersih-bersih di dunia atau World Clean Up Day.
“Kegiatan dilaksanakan di daerah Perang, melibatkan 18 juta relawan dan 157 negara,” tuturnya.
Indonesia, kata perempuan asal Aceh ini, berhasil memobilisasi 7,6 juta relawan dan menjadi negara pertama yang memimpin aksi clean-up terbesar di dunia. Agustina merasa prihatin dengan kondisi sampah di dunia, untuk itu ia mengajak semua kalangan terutama anak-anak muda untuk peduli lingkungan.
Sampah, menurutnya, sangat mempengaruhi kondisi kelestarian alam bahkan karena sampah berbagai dampak buruk akan muncul dan merugikan umat manusia di dunia.
Seminar tersebut dihadiri oleh 90-an peserta dari berbagai penganut agama seperti Islam, Kristen, penghayat kepercayaan, influencer media sosial, tokoh-tokoh, cendekiawan dan aktivis lingkungan. Mereka berkumpul untuk membahas perspektif Eco-lslam. Selain itu, dibahs juga peran agama dan gerakan sosial lain yang dapat berkontribusi untuk menanggulangi penyebaran sampah.
Kontributor: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Aryudi AR