Surabaya, NU Online
Selama ini NU sangat kuat komitmenya untuk mengayomi kelompok minoritas dan tidak mempertentangkan perbedaan. Hal itu dilakukan oleh sejumlah tokoh umat Buddha ketika mengunjungi Museum NU di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (3/5).
"Kami ingin mempererat jalinan persaudaraan antartokoh agama. Terutama dengan NU, organisasi Islam terbesar yang memiliki faham moderat," kata Herman Ketua Buddhayana Dharmawira Centre (BDC) Surabaya.
"Sejak kami mengikuti saran pak kiai (Ketua PCNU Surabaya Muhibbin Zuhri) waktu seminar di Universitas Airlangga (Unair), kami sangat ingin belajar lebih banyak kearifan-kearifan dan pemikiran NU," imbuhnya.
Lanjut dia, banyak ide-ide cemerlang dari Ketua PCNU Surabaya yang perlu ditindaklanjuti, khususnya tentang multikulturalisme dalam bidang pendidikan dan sosial kemasyarakatan.
"BDC ingin mengundang Muhibbin untuk mengulas lebih jauh kearifan NU, khususnya soal tasawuf dalam seminar yang akan diselenggarakan BDC tidak lama lagi," tutur Herman.
Di sini lain, HA Muhibbin Zuhri, Direktur Museum NU menyampaikan terima kasih atas kunjungan BDC di Museum NU. Ketua PCNU Kota Surabaya ini menyampaikan pentingnya membangun kesepahaman dan kebersamaan untuk mewujudkan kehidupan yang damai dan sejahtera.
"Sisi wisdom (bijak) dalam masing-masing agama harus dikedepankan, agar tercipta toleransi yang produktif," kata Muhibbin.
Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya ini, mengajak umat Buddha untuk bersama-sama menjaga negeri ini dari ancaman-ancaman dari luar dan dari dalam umat beragama sendiri.
"Kita jangan mau dipecah belah. Juga, mari kita jaga umat masing-masing dari pengaruh kelompok radikal dan ekstrem yang bisa saja muncul dari dalam umat kita sendiri," tegasnya.
Tentang kebhinekaan, perbedaan ada koridornya. Termasuk dalam agama, budaya dan pemikiran. Tentunya harus saling menghargai selama masih berada dalam koridor itu. "Tapi pengkhianatan terhadap konsensus nasional, sudah berada di luar koridor itu. Kita tidak boleh permisif. Harus kita lawan bersama-sama," tutur Mantan Ketua PC PMII Surabaya ini.
Untuk itu, Muhibin mengajak semua pihak menyatukan langkah untuk menghadapi kelompok-kelompok yang ingin merusak, baik yang berbasis agama, sekular termasuk kelompok neo-liberal dan kapitalis serta komunis. (Rof Maulana/Fathoni)