Jakarta, NU Online
Bagi umat Islam, Ibadah Haji merupakan salah satu ibadah yang sangat sakral. Ibadah ini diwajibkan untuk semua umat Islam sekali seumur hidup. Allah SWT menjanjikan imbalan Surga untuk hamba Allah yang berhasil menjalankan Haji Mabrur.
Ibadah satu ini dipercaya memiliki hikmah yang sangat besar bagi muslim yang mampu menjalankannya. Jamaah haji akan merasakan spirit kehidupan yang mencakup penciptaan, sejarah, tauhid, aqidah Islam hingga semangat ukhuwah yang medalam selama proses ibadah ini.
“Siapapun yang menghayati ritual ibadah Haji, maka ia akan menemukan hakikat penciptaan. Kita terlahir dalam keadaan suci dan kembali dalam keadaan suci,” ujar tokoh muda Nahdlatul Ulama, kang Maman Imanulhaq di Jakarta, Rabu (31/7).
Maman menambahkan bahwa dalam manasik haji ditiupkan kesadaran tentang kelahiran yang suci dan merdeka. Ia mengutip pernyataan Umar bin Khattab, yang pernah mengingatkan “Bagaimana kalian bisa menjajah manusia padahal mereka terlahir merdeka oleh sang ibu," ucapnya.
Dalam ibadah Haji ini, para jamaah dingatkan tentang kepulangan sebagai sebuah proses menuju kesempurnaan, kebaikan, keindahan, dan nilai. Karenanya, perjalanan haji tidak cukup hanya dengan kepulangan di tanah air dengan sebutan atau gelar “Haji”, lebih dari itu harus membawa kemabruran atau kehidupan yang lebih baik.
Pimpinan Pondok Pesantren Al-Mizan Jatiwangi Majalengka ini menggambarkan bagaimana haji menghadirkan figur-figur penting seperti Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan Siti Hajar. Mereka mewariskan kesalehan, keteguhan dan keteladanan. “Kemabruran seseorang akan terlihat dari kesalehan yang ia lakukan, baik kesalehan personal maupun sosial,” tuturnya.
Kesalehan sosial yang dimaksudkannya antara lain adalah sikap menanggalkan ego, nafsu dan keangkuhan, sebagaimana yang tersirat pada puncak haji saat wukuf di Arafah, di mana seorang muslim hanya mengenakan selembar kain ihram. (Red: Ahmad Rozali)