Nasional

Sistem Kaderisasi Pagar Nusa: Tak Ada Klasifikasi Usia dan Harus Kuasai Amaliah NU

Ahad, 4 Desember 2022 | 10:00 WIB

Sistem Kaderisasi Pagar Nusa: Tak Ada Klasifikasi Usia dan Harus Kuasai Amaliah NU

Gus Nabil dalam siniar yang disiarkan di kanal Youtube Swara NU. (Foto: Tangkapan layar)

Jakarta, NU Online

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa M Nabil Haroen menjelaskan tentang sistem kaderisasi yang ada di Pagar Nusa. Di antaranya tidak memandang atau mengklasifikasikan usia dan harus menguasai berbagai amaliah NU.


Ia menjelaskan, Pagar Nusa merupakan badan otonom berbasis profesi, bukan usia, sehingga mulai dari anak kecil hingga orang tua bisa menjadi bagian dari organisasi pencak silat di lingkungan NU ini. Tidak adanya pembatasan usia ini juga membuat jumlah kader Pagar Nusa, dari tahun ke tahun, akan terus bertambah.


Gus Nabil, sapaan akrabnya, mengungkapkan bahwa soal pembatasan usia ini berbeda dengan organisasi badan otonom NU yang lain, seperti Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Menurutnya, kader IPNU yang sudah berusia 30 tahun sudah tidak bisa lagi menjadi bagian dari IPNU dan harus berpindah organisasi ke Gerakan Pemuda (GP) Ansor.


“Kalau di Ansor sudah usia 40-45 tahun, dia sudah tidak bisa di Ansor lagi. Tapi kalau Pagar Nusa, karena dia berbasis profesi, bukan usia, artinya dia akan terus bertambah. Otomatis sistem pengkaderan yang ada di Pagar Nusa ini harus betul-betul kuat,” ungkap Gus Nabil, sebagaimana dikutip NU Online dari tayangan siniar (podcast) yang ditayangkan Kanal Youtube Swara NU, pada Ahad (4/11/2022).  


Ia menyebutkan bahwa siswa atau peserta latihan Pagar Nusa terdapat enam tingkatan, sedangkan satu tingkatan membutuhkan waktu normal kira-kira sekitar tiga hingga enam bulan per tingkat. Dengan begitu, jika terdapat enam tingkatan peserta latihan Pagar Nusa, maka akan memakan waktu yang lama.


“Kalau misalnya yang pengaderan untuk siswa Pagar Nusa ini latihannya seminggu 2 kali, yang kita ajarkan akhlakul karimah, ke-NU-an, dan gerakan-gerakan atau jurus-jurus,” terang Anggota Komisi IX DPR RI ini.


Karena tidak ada klasifikasi usia, Gus Nabil bercerita pernah melakukan penyematan terhadap anggota baru Pagar Nusa di Bojonegoro. Di antara anggota-anggota baru itu, terdapat dua orang anggota yang memiliki selisih usia sangat jauh.


“Yang satu masih sangat kecil (usia) sekolah dasar (SD) dan yang satu sudah sepuh (usia) 62 tahun (bergelar) doktor. Jadi, usianya berapa pun tidak menghalangi setiap orang untuk mempelajari pencak silat. Itu pengkaderan di tingkat siswa pelatihan,” jelasnya.


Lebih lanjut, Gus Nabil menjelaskan tentang sistem pengaderan untuk pasukan inti. Sebuah pasukan semi-otonom yang ada di dalam organisasi Pagar Nusa. Sistem pengaderan pasukan inti terdapat tiga level yakni Pendidikan Pertama (Diktama), Pendidikan Tingkat Dua (Dikda), dan Pendidikan Tingkat Tinggi (Dikti).


Selain itu, syarat umum untuk menjadi pasukan inti adalah harus berstatus sebagai pelatih dan telah menyelesaikan enam tingkatan pelatihan, mahir jurus-jurus baku dalam Pagar Nusa, sekaligus harus menguasai dan menghafal berbagai amaliah NU. Sebagai contoh, ketika calon pasukan inti dites tetapi ternyata tidak hafal shalawat nariyah maka akan dinyatakan tidak lolos.


Sebagai contoh, Gus Nabil menceritakan pengalamannya saat melakukan Diktama Pasukan Inti di Lampung untuk kebutuhan Muktamar Ke-34 NU. Ketika itu, terdapat kurang lebih 1.000 pendaftar untuk menjadi Pasukan Inti Pagar Nusa.


“Ada 1.000 pendaftar, yang lolos tes sekitar 500 orang. Artinya yang 400 orang itu sudah tereksklusi karena dia nggak hafal jurus baku, amaliah NU. Kemudian dari 500 orang yang sudah masuk, peserta Diktama, akhirnya yang lulus hanya 437,” tutur pendekar Pagar Nusa jebolan Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur itu.


Ada banyak faktor yang menyebabkan calon Pasukan Inti Pagar Nusa itu dinyatakan tidak lolos. Misalnya karena kuda-kuda yang dilakukan tidak kokoh, lalu secara fisik kurang baik sehingga pingsan saat dites, dan telat mengikuti sesi.


“Di Diktama ini, pasukan inti telat 15 menit masuk sesi, drop out dari Pagar Nusa. Harus disiplin. Ini pasukan khusus elit. Di PDPRT, pasukan inti adalah pasukan elitenya Pagar Nusa. Jadi, begitu banyak pengkaderan di Pagar Nusa, dan itu berjenjang,” pungkas Gus Nabil.


Sebagai informasi, PP PSNU Pagar Nusa akan menggelar Kongres IV di Padepokan Pencak Silat Taman Mini Indonesia Indah (TMII), pada Senin-Rabu (5-7/12/2022). Selain agenda pemilihan ketua umum, Kongres IV Pagar Nusa ini akan membahas berbagai hal mengenai manajemen dan peraturan organisasi.


Pembukaan Kongres IV Pagar Nusa ini akan dihadiri oleh para tokoh. Di antaranya Presiden Joko Widodo, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Menteri Pemuda dan Olahraga RI Zainudin Amali, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (PB IPSI) Prabowo Subianto, serta Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPB) Hadi Tjahjanto.


Kongres IV Pagar Nusa bakal diikuti oleh 800 peserta yang berasal dari pimpinan cabang dan wilayah Pagar Nusa se-Indonesia, serta para pengurus cabang istimewa Pagar Nusa yang ada di berbagai negara, seperti Taiwan, Hong Kong, Korea Selatan, Malaysia, Mesir, dan Jepang.


Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Muhammad Faizin