Jakarta, NU Online
Salah satu program yang dimiliki Women without Borders adalah
sekolah untuk ibu. Peran ibu sangat besar untuk membentengi anak-anak mereka
dari ideologi radikalisme dan ekstimisme yang sedang menjamur.
Demikian disampaikan direktur eksekutif Women without Borders (WWB) Edit Schlaffer saat melakukan audiensi dengan Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) di kantor PBNU, Senin (22/2). Acara audiensi tersebut berlangsung sekitar dua jam dan dipandu sekretaris LKKNU, Alissa Wahid.
WWB merupakan organisasi nonprofit internasional yang bergerak di
bidang pemberdayaan perempuan. Organisasi ini mempromosikan peran perempuan
dalam bidang keamanan dan membuat peka para ibu rumah tangga terhadap peran dan
tanggung jawab mereka terhadap anak-anaknya untuk menghadapi ideologi ekstrim
yang berasas kekerasan .WWB didirikan oleh Edit Schlaffer pada tahun 2002 di Vienna,
Austria.
Edit mengatakan, para ibu belum mendapatkan pendidikan yang memadahi
terkait hal tersebut. Untuk itu, pihaknya menciptakan program sekolah untuk ibu
dengan tujuan memberi bekal kepada para ibu-ibu.
“Saya mengaharapkan kerjasama (dengan LKKNU) karena saya percaya
ini organisasi yang sangat bagus. Kita bisa bekerjasama,” kata Edit.
Lebih lanjut Edit menyatakan WWB dan LKKNU memiliki concern bidang yang sama yaitu pemberdayaan perempuan. Dia
berharap kerjasama dengan LKKNU untuk memberdayakan perempuan bisa berjalan
dengan baik.
“Kita bisa membuat kerjasama (dengan LKKNU). Mungkin kita menawarkan
program sekolah untuk ibu, pendidikan untuk orang tua tentang perdamaian
kepada organisasi ini,” lanjut Edit.
LKKNU menyambut baik kunjungan dari WWB. Mereka juga berharap kedepan akan terjalin kerjasama
dengan WWB.
“Kita berharap kedepan akan terjalin kerjasama berupa program.
Karena selama ini mereka sudah banyak bekerjasama dengan organisasi lain di
Indonesia. Mereka melihat bahwa NU adalah organisasi penting,” kata Alissa
Wahid.
Acara audiensi dihadiri oleh Duta Besar Austria untuk
Indonesia, Andreas Karabaczec dan beberapa pengurus PBNU. (Ahmad Muchlishon/Zunus)