Nasional

Wapres Singgung Pentingnya Peran Kepemimpinan untuk Atasi Radikalisme

Senin, 9 Mei 2016 | 04:25 WIB

Jakarta, NU Online
Pembukaan International Summit of The Moderate Islamic Leaders (Isomil) ditandai dengan pemukulan bedug oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla di Ruang Cenderawasih, Jakarta Convention Center, (Senin (09/05) pagi. Dalam kesempatan tersebut, ia menyinggung pentingnya peran kepemimpinan sebuah negara untuk mengatasi masalah radikalisme dan terorisme. 

Wapres, dalam sambutanya menyampaikan sangat berbahagia dengan terselenggaranya Isomil.  “Kita percaya bahwa perwakilan yang ada di sini ingin mencerahkan masa depan,” kata Wapres.

Ia mengatakan penduduk Islam di dunia sebanyak 1, 6 milyar orang. Itu berarti 22 persen dari keseluruhan penduduk dunia. Juga ada 57 negara di dunia yang mayoritas warganya beragama Islam, diantaranya tersebar di Asia dan Afrika.

Menurut Wapres, negara-negara Islam di dunia memiliki dua per tiga sumber daya minyak. Ini sebagaui gambaran bagaimana Islam puya peran penting. “Di  mana ada suara adzan ada kekayaan,” seloroh Wapres disambut tepuk tangan hadirin.

Wapres melanjutkan penyelenggaraan konferensi (Isomil) adalah hal yang mudah. Tetapi pelaksanaan perdamaian dunia tidak semudah dalam konferensi. Untuk itu membutuhkan persatuan dan kekuatan bersama. 

Isomil akan membicarakan salah satunya bagaimana mengatasi terorisme global. Seluruh perwakian negara yang hadir menginginkan Islam yang moderat, yaitu yang rahmatan lil alamin untuk kebaikan dan persatuan, yang merupakan cita-cita bersama.

Indonesia bersyukur karena pendudukannya mencapai 90 persen yang beragama Islam, dan menjalankan ajaran Islam dengan baik. Islam di Indonesia banyak sisi perbedaan, pemeluknya terdiri dari beragam budaya, juga pelaksanaan agama berbeda-beda dalam hal-hal kecil. Perbedaan tersebut menjadi kekuatan bukan alasan perpecahan. Dan itu akan terwujud dengan saling menghargai.

Tahun-tahun ini dunia diliputi kesedihan, tutur Wapres. Ada pengebomam dan berbagai konflik yang itu semua terjadi di negara Islam. Hak ini menjadi bagian yang harus diselesaikan. 

Konflik-konflik dan terorisme yang terjadi menimbulkan Islamfobia, dan pendiskreditan terhadap Islam. Radikalisme dan terorisme pernah terjadi di masa lalu. Misalnya sejarah Kaum Khawarij yang membunuh pemimpinnya. 

“Tapi kita tidak menginginkan sejarah itu menjadi kenyatan pada saat ini,” harap Wapres.

Radikalisme dan terorisme banyak terjadi di negara Islam, seperti Irak dan Afganistan. Itu karena kegagalan pemimpin mereka, ditandai dengan tidak dihargainya pemimpin oleh rakyatnya. 

Tetapi, yang sangat bahaya adalah radikalisme ke negara lain dengan alasan demokrasi. Radikalisme sesungguhnya bukan dengan landasan Islam yang baik. Aksi bunuh diri yang dilakukan di Perancis beberapa waktu lalu, itu dilakukan oleh anak muda yang tidak kenal agama. 

Alasan terorisme juga bukan karena politik atau ekonomi, karena pelaku pengebomam misalanya meninggal dunia setelah melakukan aksi. Yang dicari oleh pelaku teror adalah surga. Ini jelas hal yang salah. Tugas utama adalah meluruskan itu. Alim ulama moderat hadir dengan satu tujuan itu, harus menjawab dan menyelesaikan itu.

Indonesia menjadi contoh negara yang saling menghormati dan dapat menjalin keharmonisan. Tidak ada radikalimse dari negara yang baik. 

Wapres berharap aksi terorisme dan radikalisme menjadi pembelajaran bersama. Adalah tidak mungkin menyatukan pemahaman yang berbeda itu, tapi bagaimana perbedaan menjadi rahmat. 

“Atas niat yang baik itulah kita hadir di sini. Oleh karena itu saya sampaikan penghargaan,” pungkas Wapres.

Dalam pembukaan Isomil hadir pula Mantan Presiden Megawati Soekarno Putri, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Mensos Khofifah Indar Parawansa, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia Puan Maharani. (Kendi Setiawan/Mukafi Niam)


Terkait