Nasional

Wasiat Rasulullah kepada Abu Dzar tentang Ilmu

Senin, 8 Juli 2019 | 04:50 WIB

Wasiat Rasulullah kepada Abu Dzar tentang Ilmu

Ilustrasi (ist)

Jakarta, NU Online
Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap umat Islam. Ajaran pokok dalam Islam ini menunjukkan bahwa agama Islam menjunjung tinggi kemajuan dan peradaban manusia. Ilmu juga menjadi bagian penting untuk menunjang ibadah manusia kepada Allah. Karena tanpa ilmu, ibadah tertolak. Hal ini memberi pesan pentingnya menuntut ilmu.

Namun, di tengah sehebat apapun manusia dalam hal ilmu, Nabi Muhammad SAW tetap mengajarkan kesahajaan. Manusia tidak boleh sembarangan menjelaskan sebuah ilmu yang sesungguhnya tidak ia ketahui.

Terkait hal itu, Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor, Jawa Barat KH M. Luqman Hakim mengungkapkan kisah Rasulullah yang memberikan wasiat kepada Abu Dzar ketika ditanya sebuah ilmu.

Rasulullah menegaskan bahwa ketika seseorang ditanya tentang ilmu yang mereka tidak ketahui, maka hendaklah sejujurnya mengatakan bahwa ia tidak tahu.

“Wasiat Nabi Muhammad SAW kepada Abu Dzar ra: ‘Jika kamu ditanya ilmu yang kamu tidak tahu, jawablah, ‘Saya tidak tahu’. Itu akan menyelamatkan yang belajar ilmu. Jangan berfatwa yang kamu tidak mengerti, kamu akan selamat dari azab Allah di hari kiamat’,” ungkap Kiai Luqman dikutip NU Online, Senin (8/7) lewat twitternya.

Keikhlasan mencari dan menuntut ilmu juga ditekankan Kiai Luqman. Direktur Sufi Center itu agar setiap Muslim menjauhkan diri dari pamrih keduniaan, di antaranya menuntut ilmu agar dipandang oleh manusia lain. Ia mengutip Sabda Nabi bahwa tipe manusia tersebut tidak akan mencium aroma surga.

“Nabi Muhammad SAW: ‘Siapa yang mencari Ilmu dengan tujuan agar dipandang oleh manusia, ia tak akan  meraih aroma surga’,” nukilnya.

Penulis buku Jalan Cahaya juga memberikan kiat agar ilmu mudah merasuk ke dalam diri seseorang. Ia menegaskan bahwa menuntut ilmu harus didasari oleh cinta.

Menurutnya, cinta mendahului ilmu. Sesulit apa pun ilmu yang dipelajari, jika didahului rasa cinta pada ilmu, segalanya jadi mudah. Jika pendidikan kehilangan cinta, kegersangan akan menumbuhkan kekerasan siswa.

“Ilmu menjadi tidak manfaat. Yuk, mengajar dengan cinta, keikhlasan, dan doa,” ajak Kiai Luqman. (Fathoni)


Terkait