Nasional

Zamroni, Tokoh Penyatu Gerakan Mahasiswa yang Menihilkan Kepentingan Pribadi

Sabtu, 18 Januari 2020 | 15:45 WIB

Zamroni, Tokoh Penyatu Gerakan Mahasiswa yang Menihilkan Kepentingan Pribadi

Ali Masykur Musa saat menjadi narasumber pada Bedah Pemikiran Zamroni dalam rangka Pelantikan Pengurus Cabang PMII Cabang Ciputat 2019-2020 di Syahida Inn, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (17/1). (Foto: Istimewa)

Tangerang Selatan, NU Online
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Ciputat sebagai cabang yang berdiri pada masa-masa awal turut menjadi pelaku sejarah dalam pergerakan bangsa sejak era Orde Lama. Zamroni yang memimpin PMII Cabang Ciputat pada waktu itu turut serta mengawal perjuangan rakyat menuntut Indonesia memasuki dan menjajaki era baru yang mengantarkan bangsa ini menuju titik posisi di hari ini.

PMII Cabang Ciputat selain sebagai aktor utama pelaku sejarah, juga dikenal sebagai penghasil pemikir, aktivis, dan cendekiawan yang mewarnai altar dunia pergerakan nasional. Zamroni adalah salah satu di antaranya.

Sosok yang lahir di Jepara pada 10 Agustus 1935 itu cukup dikenal dalam tataran politik dan pergerakan mahasiswa waktu itu. Ia merupakan aktivis yang kritis dan konsisten. Ketika teman-teman seperjuangannya masuk dalam lingkaran Orde Baru sebagai penguasa baru, Zamroni menegaskan dirinya untuk tetap berdiri sebagai aktivis yang tidak pragmatis dengan menolak segala tawaran jabatan yang ditawarkan. Sebuah citra aktivis yang ideal memegang konsistensi pemikiran dan perjuangannya.

“Pak Zam menihilkan kepentingan,” kata Ketua Umum PB PMII 1991-1994 Ali Masykur Musa saat menjadi narasumber pada Bedah Pemikiran Zamroni dalam rangka Pelantikan Pengurus Cabang PMII Cabang Ciputat 2019-2020 di Syahida Inn, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (17/1).

Ketika saat ini tak sedikit mahasiswa yang ‘mengekor’ para seniornya, Zamroni justru menanggalkan hal tersebut. Karenanya, ia melihat Zamroni dapat memberikan pengaruh yang cukup tinggi. 

“Menurut saya, pemimpin yang tidak mampu mempengaruhi itu bukan pemimpin,” ujarnya.

Hal itu juga, menurutnya, yang membuat tokoh yang pernah menjadi Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu menyatukan gerakan mahasiswa dari beragam latar belakang dalam satu naungan organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). 
 
Tak ayal, Zamroni bagi Ali Masykur adalah seorang yang memberinya inspirasi. Sebab, ia tidak hanya sebagai guru atau mentor dari PMII, tetapi juga menjadi mentor bagi pergerakan aktivis mahasiswa pada 1966. 

“Seseorang itu menginspirasi bukan dari apa yang diberikan seperti dalam bentuk cost, makan atau harta jabatan, namun dari apa yang ditinggalkan itu yang terpenting,” ujarnya.

Lebih dari itu, Zamroni adalah guru baginya. Meskipun tidak bertemu secara langsung, Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PP ISNU) itu beberapa kali mendengar sambutannya yang mengembalikan NU pada khittahnya. Pada waktu Muktamar NU, katanya, Zamroni merupakan promotor yang menggerakkan NU ke khittahnya.

“Intinya, Pak Zam itu memimpin tanpa punya kepentingan. Kalau pemimpin dengan kepentingan, maka tidak akan sukses,” pungkasnya.

Sementara itu, salah seorang Pendiri PC PMII Ciputat Chotibul Umam menyampaikan bahwa Zamroni menjadi tempat pertama yang didatangi kala ia tiba kali pertama di Ciputat. Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu menyebut bahwa ketokohan Zamroni sudah nampak dengan keaktifannya dalam beragam organisasi. 

“Pak Zam adalah orang yang nampak ketokohannya, beliau aktif di berbagai organisasi,” ujar Mustasyar PBNU itu.

Pewarta: Syakir NF
Editor: Muchlishon