Jakarta, NU Online
Penyair asal Madura, D Zawawi Imron, berpendapat, pesantren menyimpan khazanah nilai yang tinggi bagi kepribadian manusia. Pengalaman dan pelajaran di pesantren mendidik para penghuninya untuk bersikap rendah hati.
<>
”Berpikirlah kamu dengan pikiran yang jernih maka kebaikan akan selalu menyelimuti hatimu,” tutur Zawawi menerjemahkan sebuah syiir pesantren berbahasa Madura yang dikutipnya pada malam peluncuran hari lahir NU Online ke-10 di Jakarta, Kamis (28/3).
Menurut penyair berjuluk ”Celurit Emas” ini, pesan syair tersebut mendorong seseorang untuk berjiwa lembut dan terbuka. ”Hati yang diselimuti kebaikan seujung rambut pun tidak akan punya kebencian kepada siapapun, tak punya waktu untuk memfitnah orang lain,” imbuhnya.
Sebagaimana menjadi orang pesantren, Zawawi mengaku bangga menjadi seorang seniman karena mendapat pendidikan rohani yang menyehatkan. ”Menjadi seniman kami sangat senang sekali. Karena menjadi seniman, kami merasa tersesat meskipun berada di jalan yang benar,” katanya disambut tawa hadirin.
”Daripada kita merasa benar di jalan yang sesat, lebih baik kita merasa tersesat tapi di jalan yang benar. Itulah rendah hati,” ujarnya.
Malam itu, Zawawi hadir secara khusus untuk turut meraimakan hari lahir NU Online. Selain mendengarkan pidato kebudayaan aktivis NU asal Yogyakarta, M Jadul Maula, Zawawi juga membacakan sejumlah puisi.
Pada momen yang sama 2012 lalu, Zawawi mengisi pidato kebudayaan berjudul “Menimba Ilham Vitalitas dari Nilai-nilai Pesantren” yang digelar bersamaan dengan peringatan setengah abad Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi).
Penulis: Mahbib Khoiron