Opini

“ Ibadah Qurban" Menghargai Martabat Manusia dan Meneguhkan Semangat Kemanusiaan

Kamis, 12 Januari 2006 | 12:17 WIB

Oleh : H. Khoirul Huda Basyir Lc.*

Syari'at Qurban dalam Al Qur'an
Ajaran qurban yang disyari'atkan Islam sesungguhnya telah jauh mengakar dalam sejarah umat manusia. Tercatat dalam sejarah, bahwa ritualitas qurban telah dimulai sejak nenek moyang manusia pertama sebagaimana dikisahkan Al-Quran (Al-Maidah : 27) :

<>

"Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Qabil dan Habit) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan qurban, maka diterima dari salah seorang mereka berdua (Habit) dan tidak diterima yang lain (Qabil)".

Dari kisah yang dapat dijumpai, para ahli tafsir menyatakan bahwa peristiwa qurban yang dilakukan dua bersaudara dari putra Adam As. adalah merupakan solusi dari polemik perang dingin yang terjadi antara keduanya dalam mempersunting wanita cantik rupawan bernama Iklimah sebagai pasangan hidupnya. Ucapan Nabi Adam As. yang bersumber dari wahyu yang disampaikan kepada kedua putranya, seperti dikutip tafsir Ibnu Kastir jilid II hal. 44 : " Wahai anakku (Qabil dan Habil) hendaknya masing-masing diantara kalian menyerahkan qurban, maka siapa diantara kalian berdua yang qurbannya diterima Allah SWT dialah yang berhak menikahinva (Iklimah)".

Pada akhir kisah disebutkan, ternyata qurban yang diterima Allah SWT adalah yang didasarkan atas keihlasan dan ketaqwaan kepada-Nya, yaitu qurban Habil yang konon qurban itu berupa seekor domba yang besar dan bagus. Sementara qurban Qabil ditolak .karena dilakukan alas dasar hasud (kedengkian) dan ahirnya is memutuskan membunuh saudaranva sendiri. Peristiwa ini adalah awal kali terjadinya pembunuhan dalam sejarah umat manusia, sebuah pembunuhan yang dilatarbelakangi keserakahan dan iri hati yang pada ahirnya berujung pada penyesalan dan kerugian yang tiada jalan untuk menyelamatkannya.

Patut kita renungkan, mengapa Al-Quran melukiskan Habil sebagai orang yang lemah ? mengapa ia tidak mau membela diri ketika hendak dibunuh saudaranya ? mengapa pula qurban Habil menyebabkan ia menjadi korban ?. Sebagian ahli tafsir menyatakan bahwa Habil tidak membela diri karena ia sengaja memilih kematian ditangan saudaranya, ia ingin memberikan pelajaran kepada umat manusia bahwa pelaku kezaliman dan kedengkian tidak akan pernah menang, bahwa kedengkian dan ketamakan adalah akar perseteruan dan permusuhan umat manusia di muka bumi, karenanya ia sedapat mungkin harus dihindari.

Peristiwa qurban yang juga sangat popular dalam sejarah manusia yang diungkap Al- Quran terjadi antara Nabi Ibrahim dan Ismail, bahkan qurban yang diajarkan Nabi Muhammad SAW tidak terlepas dari peristiwa historis Nabi Ibrahim. Rasulullah suatu saat ditanya sahabatnya mengenai apa udlhiyah (penyembelihan qurban) itu ?, beliau menegaskan : (ini adalah sunnah bapakmu Ibrahim).

Nabi Ibrahim AS hidup pada abad 18 SM. Masa persimpangan jalan pikiran umat manusia tentang qurban-qurban manusia yang dipersembahkan lepada dewa-dewa atau tuhan-tuhan mereka, sementara perintah Allah kepada Ibrahim untuk menyembelih anaknya Ismail diilhami dari suatu ru'yah (mimpi) sebagaimana dikisahkan Al Quran (As-Shaaffat : 102) :

"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata :"Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkan apa pendapatmu !" ia (Ismail) menjawab : "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang bersabar".

Para ahli tafsir menyatakan, perintah Allah kepada Ibrahim agar menyembelih putranya sendiri hendak menyampaikan pesan kepada kita, bahwa betapapun besarnya cinta seseorang kepada anak atau apapun yang dimiliki, bukanlah sesuatu yang berarti bila Allah menghendakinya. Disebutkan juga dalam akhir kisah tersebut, Allah memberikan pengganti seekor domba besar atas keberhasilan Ibrahim dan Ismail dalam melaksanakan perintah dan ujian yang amat berat itu, seperti diungkap Al-Quran (As-Shaaffat : 107) :

"Dan kamu tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar".

Peristiwa ini juga memberikan pesan keagamaan kepada kita bahwa Allah SWT sangat sayang dan menjunjung tinggi harkat, martabat dan jiwa ma


Terkait