Opini

NU Menggemakan Shalawat di Eropa

Rabu, 27 November 2019 | 19:30 WIB

NU Menggemakan Shalawat di Eropa

Ilustrasi (Foto: Pinterest)

Oleh Munawir Aziz

Sepanjang Maulid ini, teman-teman Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) lintas negara serempak merayakan kelahiran Nabi Muhammad. Kerinduan terhadap sosok Kanjeng Nabi tidak pernah pudar di kalangan santri, warga Nahdliyin, walaupun tinggal di berbagai negara yang jauh dari Indonesia. 

Di Inggris, negerinya Ratu Elisabeth, shalawat menggema dari London hingga Edinburg, dari United Kingdom hingga Skotlandia. Kebetulan, PCINU United Kingdom kehadiran lima ustadz/ustadzah dari Jawa Barat, yang dipimpin oleh Kiai Ridwan Subagya. Kelima ustadz/ustadzah ini mengunjungi beberapa kota di Inggris, bertemu banyak kelompok, lintas agama, lintas komunitas. 

Teman-teman NU Inggris dan komunitas Muslim lain, saling membantu menyiapkan agenda, merumuskan acara. Shalawat bergema di sepanjang bulan Maulid. Keberkahan yang tidak direncanakan sebelumnya. Semua larut dalam lantunan Shalawat. 

Bahkan, rombongan pendakwah Islam Indonesia ini juga berkesempatan berdialog dengan komunitas Yahudi dan Kristen Anglikan. Di Inggris, berkesempatan dialog dengan teman-teman lintas agama, lintas komunitas berarti turut membangu jembatan persaudaraan. Mengenalkan Islam Indonesia yang berkarakter damai, toleran, moderat, membantu identifikasi citra Islam global yang penuh rahmah, di antara orang-orang Barat. 

Kita tahu, selama ini wajah Islam internasional tidak sepenuhnya tersenyum. Masih ada nuansa kebencian, teror, sekaligus kengerian di antara orang-orang Eropa ketika memahami Islam. Mereka menatap wajah Islam dari televisi, media massa dan yang termutakhir--media sosial. 

Ironisnya, wajah Islam yang muncul dari sebagian besar pemberitaan media, framing redaksi, serta pemaknaan isu dari jaringan kantor berita lebih senang menyorot konflik di Timur Tengah. Kisah-kisah pemberontakan, demonstrasi, kudeta dan beragam konflik sosial-politik di negara-negara Timur Tengah menghiasi media-media di Eropa.
 
Pemaknaan terhadap politik negara-negara berpenduduk Islam di kawasan Timur Tengah inilah yang selama ini menjadi konsumsi warga Eropa. Maka, tidak heran apabila mereka memandang Islam dengan sepenggal, hanya dari sorotan media. 

Maka, alangkah indahnya ketika warga Inggris Raya menikmati alunan shalawat, nada-nada yang selama ini asing di telinga mereka. Misi dakwah dari ustadz-ustadzah dari Jawa Barat memberikan wajah Islam yang berbeda: Islam yang lebih segar, Islam yang lebih ramah.

Berkah maulid juga semarak di negara-negara lain. Teman-teman PCINU mengorganisir agenda silaturahmi, konsolidasi, pertemuan rutin yang merekatkan persaudaraan. Shalawat menggema di pertemuan-pertemuan ini. Kerinduan terhadap sosok Kanjeng Nabi Muhammad yang membuncah, kangen yang tidak tertahankan. 

Kebetulan, penulis berkhidmah di sesela tugas dan pekerjaan, untuk mengkoordinasi jaringan media PCINU Sedunia. Isinya, para aktivis, sekretaris tanfidz, dan tim media dari PCINU lintas negara yang aktif mengorganisir kegiatan nahdliyin dan komunitas masyarakat Indonesia. 

Saudara-saudara PCINU bersemangat merayakan Maulid. Dari Belanda, Jerman, Lebanon, Maroko, Jepang, Pakistan, Mesir dan  beberapa negara lain, bersama-sama mengalap berkah. Ini bentuk diplomasi Islam Indonesia, yang berusaha mendefiniskan Islam di level global sebagai Islam yang penuh kedamaian. Islam yang gembira: Islam Cinta.

Alhamdulillah, di atas kerinduan dan kecintaan terhadap Kanjeng Nabi, kami bersama-sama ngalap berkah. Semoga mendapatkan kebaikan, kemanfaatan, keberkahan. Aamiin.
 

Penulis adalah Sekretaris PCINU United Kingdom, Koordinator Jaringan Media PCINU Sedunia