Santri Mambaul Hikam Jombang, Jawa Timur menjaga lingkungan dengan memanfaatkan sampah organik untuk tanaman sayuran. (Foto: Ika Zubaidi Irfan)
Oleh: Ai Rosita
Sampah masih menjadi persoalan yang seakan-akan tiada habisnya saat membahas masalah lingkungan. Setiap orang menghasilkan sampah setiap harinya. Setiap hari berton-ton sampah di hasilkan dari pasar, rumah tangga, institusi pendidikan, pesantren, kegiatan pertanian dan industri. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2019, jumlah timbunan sampah secara nasional sebesar 175.000 ton per hari atau setara 64 juta ton per tahun. Jika menggunakan asumsi, sampah yang dihasilkan setiap orang sebesar 0.7 kg per hari.
Pondok pesantren, salah satu lembaga pendidikan Islam tempat santri menimba ilmu agama, belajar, dan bermukim. Dapat dikatakan bahwa pesantren memiliki peranan besar dalam menyumbangkan sampah setiap harinya, baik sampah organik maupun sampah non organik.
Pondok pesantren sering diidentikkan dengan kurangnya manajemen lingkungan di dalamnya, terutama dalam pengelolaan sampahnya. Pengelolaan sampah masih dilakukan secara tradisional, dikumpulkan lalu dibakar atau diangkut ke TPA tanpa ada pemilahan sebelumnya.
Di satu sisi harus diakui saat ini sudah banyak pesantren modern yang telah memiliki manajemen yang baik terkait manajemen lingkungan di pesantren. Namun, tak sedikit juga pesantren yang masih kurang dalam segi kebersihan dan akhirnya cenderung kumuh.
Dalam suatu kesempatan diskusi online yang dilaksanakan oleh Bank Sampah Nusantara LPBINU, salah satu narasumber mengatakan bahwa ketika peringatan Hari Santri tahun 2019 di mana santri melakukan kirab dan upacara,dengan seenaknya dan tanpa rasa malu mereka membuang sampahnya begitu saja. Mungkin seringkali santri tidak sadar bahwa mereka mencemari lingkungannya dengan membuang sampah sembarangan, membuat mampet saluran air kamar mandi, keran kamar mandi bocor dibiarkan sehingga air terbuang sia-sia, atau membiarkan lampu menyala sepanjang hari baik di kamar asrama maupun kamar mandi.
Selain soal kebersihan, masalah ketersediaan air bersih juga menjadi masalah di sebagian pesantren. Dengan santri yang jumlahnya ratusan bahkan ribuan, pembuangan air wudhu ataupun pembuangan limbah MCK yang jika tidak diperhatikan tentu akan menambah masalah.
Tanggal 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri. Tema Hari Santri tahun ini adalah Santri Sehat Indonesia Kuat. Kesehatan santri tentu saja erat kaitannya dengan kebersihan lingkungan. Santri identik dengan budukan. Kalau lingkungannya kumuh dan kotor tentu hal ini akan membuat penyakit budukan sulit hilang dari santri. Saat ini kita mengalami pandemi Covid-19, kebersihan menjadi hal utama yang harus dilakukan.
Dahulu, seingat saya ketika masih kecil ada kegiatan namanya Santri Raksa Desa. Masyarakat di desa tidak memiliki MCK di rumahnya, sehingga mereka buang air besar di lahan kosong atau persawahan. Santri masuk ke desa selain mengajarkan mengaji juga mengajarkan tentang kebersihan kepada masyarakat. Namun entah sejak kapan santri diidentikkan dengan budukan. Bahkan ada yang menyebut kalau tidak buduk belum dikatakan santri. Tentu saja hal ini tidaklah benar.
Untuk menjaga lingkungan pesantren tetap bersih tentu harus dilakukan manajemen lingkungan yang baik. Mengelola sampah yang dihasilkan pesantren dimulai dengan melakukan pemilahan sampah. Pesantren dapat membentuk Bank Sampah. Supaya sampah organik dan sampah non organik yang telah dikumpulkan dapat dikelola oleh Bank Sampah. Bank Sampah memiliki beberapa manfaat bagi manusia dan lingkungan hidup, seperti membuat lingkungan lebih bersih.
Bank Sampah juga didirikan untuk mengubah sampah menjadi sesuatu yang lebih berguna. Misalnya sampah non organik seperti gelas plastik dapat dimanfaatkan untuk dijadikan kerajinan berdayaguna seperti tas belanja. Koran atau kertas dimanfaatkan untuk dijadikan peci seperti yang dilakukan Santri Pondok Pesantren Darrussalam Blokagung Banyuwangi, Jawa Timur.
Sampah organik dari sisa makanan atau potongan sayur dapat dimanfaatkan untuk dijadikan pupuk organik atau kompos seperti yang dilakukan oleh Santri Pondok Pesantren Mambaul Hikam Jombang, Jawa Timur. Atau fermentasi pakan ternak seperti yang dilakukan oleh santri Pondok Pesantren Al Ihya Ulumaddin Cilacap, Jawa Tengah. Bahkan Santri Al Ihya Ulumaddin Cilacap telah memiliki kebun sayur organik. Sayuran organik hasil kebun mereka dijadikan hidangan untuk para kiai dan santri.
Demikian pula halnya dengan Santri Mambaul Hikam Jombang, mereka memiliki kebun tin organik. Dari kebun ini mereka telah memproduksi teh daun tin, sabun daun tin dan parfum daun tin. Pupuk untuk perkebunan mereka tentu saja hasil dari pengelolaan sampah organik.
Karena itu, momentum Hari Santri selain untuk perenungan dan rasa syukur akan diakuinya peranan santri dalam memperjuangkan kemerdekaan, dapat dipahami bahwa santri juga adalah pelopor dalam menjaga lingkungan. Selamat Hari Santri Nasional 2020.
Penulis adalah Trainer Bank Sampah Nusantara LPBINU.