Pustaka

Islam Cinta di Zaman Kacau

Kamis, 13 April 2017 | 21:01 WIB

Buku yang bertajuk Islam Tuhan Islam Manusia ini terbagi  menjadi empat bagian pertama; masalah umat manusia dan umat Islam,  bisa dikatakan saat ini kita berada di zaman kacau, karena semua orang menjadi ahli di berbagai bidang. Padahal mereka tanpa keahliahan yang mumpuni. Tak jarang mereka produksi informasi-informasi bohong dengan mudahnya menyebarkannya kemasyarakat luas. Kadang melalui facebook dan website/blog, yang bisa dibuat dengan instan, lebih mudah lagi melalui WA broadcast, aku twitter dan sebgaianya. (hal 36).

Selanjutnya Khazanah Pemikiran Islam, sebagai sumber bagi pemecahan masalah, sebab posisi akal dalam Islam, sehingga al-Quran menggunakan berbagai derivasi dari kata ini, secara berulang-ulang. Belum lagi sinonim atau kata kata yang terkait dengannya. Sedimikian sehingga hadis dengan tegas menyatakan,”Tak ada agama bagi orang yang tak punya (menggunakan) akal.” (hal 71)

Karena itu, sudah sewajarnya agama ditafsirkan sejalan dengan kepentingan perkembangan manusia dari zaman ke zaman. Tanpa itu semua, agama akan kehilangan relevansinya dan tak lagi memiliki dampak bagi kehidupan umat manusia.

Melalui Buku Islam Tuhan, Islam Manusia; Agama dan Spiritualitas di Zaman Kacau,  Haidar Bagir berbicara tentang tafsir agamaserta bagaimana tafsir agama tersebut bisa menjawab kebutuhan manusia. Buku ini merupakan hasil perenungan Haidar Bagir dalam kurun satu dekade terakhir. Lewat sumber tulisan yang tersebar di berbagai  yang lebih dari 100 tulisan. (hal xxvii).

Sebagai orang beriman, kita yakin bahwa agama berasal dari Tuhan. Tapi, agama juga mengambil bentuk sebagai agama manusia, segera setelah dia berpindah dari khazanah ketuhanan kepada wilayah kemanusiaan. Artinya, manusia tidak pernah bisa bicara tentang agama kecuali dalam konteks manusia. Menyadari hal itu, maka seorang penganut agama mestinya tidak terkejut dan gagap untuk menerima kenyataan bahwa di kalangan agama yang sama terdapat begitu banyak perbedaan pendapat.

Selain itu agama diturunkan oleh Tuhan untuk manusia. Artinya, adalah suatu kesalahan jika kita mengembangkan pemahaman atas agama yang dilepaskan dari kebutuhan manusia.

Karena itu, sudah sewajarnya agama ditafsirkan sejalan dengan kepentingan perkembangan manusia dari zaman ke zaman. Tanpa itu semua, agama akan kehilangan relevansinya dan tak lagi memiliki dampak bagi kehidupan umat manusia.

Melalui buku bunga rampai ini Haidar Bagir menyerukan akan pentingnya mengembalikan spiritualitas dan cinta dalam kehidupan beragama. Sebab dengan cinta sajalah, agama Islam akan cepat berkembang dan akan lebih memanusiakan manusia.

Ajakan ini tentu tidak lepas dari makin menjamurnya faham dan tindakan radikal yang lahir dari (tafsir) agama. Sehingga dengan mudah ditemui fenomena saling mengkafirkan dan menyesatkan satu sama lain, bahkan dalam satu agama sendiri. Juga karena krisis yang mendera masyarakat seperti maraknya berita hoax yang menjadi pemicu berbagai konflik dan kesalahfahaman. 

Dengan mengembalikan cinta dan spiritualitas dalam ajaran Islam akan menyadarkan kita bagaimana membangun hubungan dengan sesama manusia, karena inti dari agama adalah akhlak (budi pekerti). Diluar agama-agama Timur yang memang dipandang sebagai agama berorientasi kasih-Islam pada analisi lebih dalam agama yang kental bernuansa spiritual (kerohanian) dan cinta. Aspek Islam yang satu ini diwakili oleh aliran tasawuh, yang sudah mapan sebagai aspek Islam sejak dini dalam sejarah doktrin agama ini. (hal. 228)

Dapat disimpulkan apabila Islam yang mengedapkan cinta dapat memberikan ketenangan dan kedamaian di dunia yang sekarang sedang kacau oleh isu-isu sara yang dibuat-buat. Maka buku ini diharapkan sedikit mampu menjawab isu tersebut dan layak dibaca semua masyarakat umum. 
 
Identitas buku 
Judul : Islam Tuhan Islam Manusia
Penulis : Haidar Bagir
Penerbit: Mizan
Cetakan : I, Maret  2017 
Tebal : 288 hlm
ISBN : 978-602-441-016-2
Peresensi: Niam At-Majha, Pengurus Lakpesdam NU Pati.


Terkait