Kitab “Bidâyatul Mubtadî wa ‘Umdatul Awlâdi” berisi ringkasan kajian akan tiga ilmu paling prinsip dan pokok dalam ajaran agama Islam, yaitu ilmu tauhid (teologi), ilmu fikih (yurisprudensi), dan ilmu tasawuf (esoterisme Islam). Kitab ini ditulis dalam bahasa Melayu beraksara Arab (Jawi).
Pada halaman depan kitab ini, nama pengarang tidak dicantumkan. Di sana hanya tertulis judul kitab dan sub-judulnya saja, sekaligus keterangan jika nama pengarang tidak mau disebutkan karena “tidak ingin riya dan menjaga diri”.
Keterangan jika kitab “Bidâyatul Mubtadî wa ‘Umdatul Awlâdi” adalah karya Syikh Saleh Rawa didapati pada halaman terakhir kitab ini, tepatnya pada kolom editor (pentashih) pada versi cetakan Maktabah Musthafâ al-Bâbî al-Halabî, Kairo, pada tahun 1374 Hijri/ 1955 Masehi (setebal 38 halaman). Tertulis di sana;
(Telah selesai seraya memuji Allah Ta’ala, proses pencetakan kitab “Bidâyatul Mubtadî wa ‘Umdatul Awlâdi” karangan al-‘Allâmah al-Fâdhil Syekh Shâlih al-Jâwî, dalam menerangkan masalah-masalah tauhid dan hal-hal yang diharuskan bagi manusia mengetahuinya daripada perkara syari’at yang dapat memperbaiki hati dan menghilangkan kerusakan. Karya ini ditulis dalam bahasa Jawi [Melayu] dalam rangka menyebarkan ajaran agama Islam di seluruh wilayah negeri Jawi itu).
Dalam kata pengantarnya, Syekh Saleh Rawa mengatakan jika kitab ini merupakan sebuah risalah kecil yang ringkas, yang menghimpun kajian atas perkara-perkara yang harus diketahui oleh setiap Muslim yang mukallaf, dari ilmu tauhid dan fikih. Beliau menulis;
(Ammâ ba’du. Maka ini adalah sebuah catatan yang lembut, yang menerangkan hal-hal yang harus diketahui oleh setiap Muslim yang mukallaf, daripada masalah-masalah akidah keimanan dan masalah-masalah hukum ibadah. Aku namakan karya ini dengan “Bidâyatul Mubtadî wa ’Umdatul Awlâdi”).
Dalam kolofon, dikatakan bahwa kitab ini diselesaikan oleh pengarangnya pada waktu pagi hari Ahmad, di awal bulan Jumadil Akhir tahun 1254 Hijri (bersamaan dengan bulan Agustus 1938 Masehi). Tertulis di sana;
(Dan telah selesai penulisan karya ini pada hari Ahad yang diberkati, di waktu pagi, pada awal bulan Jumadil Akhir tahun 1254 Hijri).
Pengarang kitab ini, yaitu Syekh Saleh Rawa, tidak banyak diketahui oleh para pengkaji sejarah keislaman di Nusantara dan literaturnya. Padahal, beliau adalah salah satu tokoh besar dalam sejarah dan jaringan intelektual ulama Nusantara—Timur Tengah di awal abad ke-19 M, meneruskan tongkat estafet generasi sebelumnya, yaitu generasi Syekh Abdul Shamad Palembang, Syekh Arsyad Banjar, Syekh Dauwd Pattani, dan Syekh Abdul Rahman Betawi.
Syekh Saleh Rawa satu generasi dengan Syekh Muhammad Azhari ibn Abdullah Palembang, Syekh Muhammad Ali ibn Abdul Rasyid Sumbawa, Syekh Isma’il al-Khalidi Minang, Syekh Abdul Ghani Bima, Syekh Ahmad Khatib Sambas, Syekh Idris Buton, Syekh Abdul Manan Dipamanggala (Tremas), Syekh Hasan Besari (Ponorogo), Syekh Abdul Hamid (Pangeran Diponegoro), dan lain-lain.
Biografi Syekh Saleh Rawa terlacak dalam beberapa kitab hagiografi (“tarâjim” dan “thabaqât”) ulama Makkah yang hidup di abad ke-13 Hijri (19 Masehi), seperti kitab “al-Mukhtashar min Nasyr al-Nûr wa al-Zuhr” karya Syekh Abdullâh Mirdâd (hal. 214), “A’lâmul Makkiyyîn” karya al-Mu’allimî (j. I/ hal. 450), “Fadh al-Malik al-Wahhâb al-Muta’âlî” karya ‘Abd al-Sattâr al-Dihlawî (hal. 706), dan “al-Mukhtashar al-Hâwî fî Tarâjim ‘Ulamâ Bilâd Jâwî” karya alfaqir (hal. 47).
Nama lengkap Syekh Saleh Rawa adalah Muhammad Shâlih Râwah ibn Muhammad Murîd al-Khalwatî al-Sammânî al-Râwî al-Jâwî. Beliau dilahirkan di Kampung Roa (Rawa, Sumatera Barat/ Minangkabau), namun tidak terlacak tarikh kelahirannya.
Beliau lalu pergi ke Makkah dan mermujawarah di sana. Di Kota Suci itu, beliau belajar kepada Syekh Daud Pattani, Syekh Abdul Shamad Palembang, dan Syekh Arsyad Banjar. Beliau juga belajar kepada Syekh Ahmad al-Marzûqî al-Dharir al-Makkî dan Syekh ‘Utsmân al-Dimyâthî al-Makkî. Setelah menempa masa pembelajaran yang cukup lama, beliau kemudian mendapatkan ijazah (lisensi) untuk mengajar di Masjidil Haram.
Syekh Saleh Rawa menulis beberapa karya, di antaranya; (1) “Bidâyatul Mubtadî” yang kita bicarakan ini, dan (2) “Fattul Mubîn” yang diselesaikan pada Zulhijjah tahun 1272 Hijri (Agustus 1856 Masehi). Beliau wafat di Makkah pada tahun 1272 H (1856 M) dan dikuburkan di Pemakaman Ma’la, Makkah. (A. Ginanjar Sya’ban)