Ini adalah gambar yang diambil dari bagian atas halaman pertama dari manuskrip kitab "Nihâyatul Muhtâj ‘alâ Syarh al-Minhâj” karangan ulama besar dunia Islam abad ke-16 M asal Mesir, yaitu Syaikh Syamsuddîn al-Ramlî (w. 1595 M) yang juga berjejuluk al-Syâfi’î al-Shagîr (Imam Syafi’i Kecil).
Saya mendapatkan naskah ini dari sahabat saya, al-Fadhil Duktur Akhmad Saufan, alumnus pesantren Tremas yang kini menjadi dosen di FUAH IAIN Purwokerto Jawa Tengah. Beliau mendapatkan naskah ini dari Tremas, lalu dijilidnya di Purwokerto, dan kini dibawa jauh-jauh dari sana hingga ke Bandung.
Naskah ini adalah naskah salinan. Tak ada identitas penyalin yang tertera di dalam naskah. Meski demikian, dugaan terkuat saya sementara ini, sang penyalin adalah KH Abdul Manan Dipomenggolo (w. 1866 M), pendiri Pesantren Tremas (Pacitan, Jawa Timur) yang legendaris, sekaligus kakek dari Syaikh Mahfuzh Tremas (Muhammad Mahfûzh ibn ‘Abdullâh ibn ‘Abd al-Mannân al-Tarmasî al-Jâwî tsumma al-Makkî, w. 1920 M), seorang ulama besar dunia Islam yang berkarir sebagai guru besar dan pengarang kitab-kitab rujukan otoritatif asal Nusantara.
Asumsi jika naskah salinan ini adalah hasil salinan KH. Abdul Manan Dipomenggolo dilandaskan kepada data penyalinan dan tempat penyalinan yang terdapat di dalam naskah. Pertama, terdapat keterangan pada bagian atas halaman awal naskah tersebut, bahwa naskah tersebut mulai disalin di Manten (Semanten), sebuah kampung di Pacitan, Jawa Timur, yang merupakan tempat kelahiran dan desa asal KH. Abdul Manan Dipomenggolo.
Kedua, merujuk pada tahun penyalinan naskah, yaitu pada hari Rabu, tanggal 21 bulan Rajab tahun Za (Seribu Dua Ratus Lima Puluh Lima/ 1255 Hijri). Data tersebut bertepatan dengan tanggal 30 September 1839 M. Tertulis di sana dalam bahasa Arab;
هذا الكتاب سمى بنهاية المحتاج للرملي شرح المنهاج للنواوي. وأول حط في هذه القرطس يوم الأربع وشهر رجب وهلال أحد وعشرين وسنة الزا وهجرة النبي صلى الله عليه وسلم ألف ومائيتان وخمسون وخمس سنة ومكانة منتن
(Ini adalah kitab yang dinamakan “Nihâyatul Muhtâj” karangan al-Ramlî yang merupakan penjelasan atas kitab “Minhâj” (al-Thâlibîn) karangan al-Nawawî (w. 1277 M). Awal mula tulisan yang terbubuh di atas kertas ini adalah hari Rabu, bulan Rajab, tanggal dua puluh satu, taun Za Hijrah seribu dua ratus lima puluh lima tahun. Dan tempat penyalinannya adalah kampung Manten).
Sekarang mari kita telisik lebih dalam lagi beberapa kemungkinan sejarah yang berpijak pada data-data filologis di atas.
KH. Abdul Manan Dipomenggolo dilahirkan di kampung Manten (Semanten, Pacitan). Ayahnya, Raden Ngabehi Dipomenggolo, adalah demang kampung tersebut. Tidak ada data yang menyebutkan tahun kelahiran KH Abdul Manan. Beliau belajar di Pesantren Tegalsari (Ponorogo), di bawah asuhan Kiyai Hasan Besari, ulama sentral Jawa pada zaman itu. Kemungkinan masa belajar KH. Abdul Manan di Tegalsari berlangsung antara tahun 1810-20-an. Setelah itu, kemungkianan lainnya adalah beliau pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji sekaligus bermujawarah di sana.
KH. Abdul Manan kemudian mendirikan pesantren di Semanten. Ia lalu menikah dengan putri Raden Ngabehi Honggowongso, demang Tremas, yang jaraknya tak terlalu jauh dari kampung Semanten. KH. Abdul Manan lalu mendirikan pesantren lainnya di Tremas. Masa pendirian pesantren Tremas diperkirakan pada tahun 1830-an.
KH. Abdul Manan pun masih bolak-balik antara kampung Tremas dan Semanten. Nah, di sinilah kemudian asumsi historis di atas terhubung dengan fakta filologis yang terdapat dalam naskah salinan “Manten” ini berlaku. Pesantren Tremas didirikan oleh KH. Abdul Manan tahun 1830-an, dan naskah “Semanten” ini disalin tahun 1839.
Hal lainnya adalah keberadaan kitab “Nihâyatul Muhtâj” karangan al-Ramlî sebagai kitab fiqih (yurisprudensi Islam) tingkat lanjutan, untuk tidak dikatakan “kelas berat”. Sosok yang mempelajari, menelaah, dan mengajarkannya (termasuk yang menyalin naskahnya) sudah bisa dipastikan adalah seorang yang kapasitas keilmuannya sudah di atas rata-rata.
Selain itu, pada banyak halaman naskah salinan “Manten” tersebut, terdapat banyak stema (hâmisy/ catatan pinggir) yang menjelaskan isi teks kitab yang ditulis dalam bahasa Arab yang baik dan benar. Nah, untuk konteks kampung Manten dan Tremas pada masa itu (1839), sosok ulama yang memiliki kapasitas keilmuan yang di atas rata-rata di sana tak lain dan tak bukan adalah KH. Abdul Manan Dipomenggolo.
Inilah beberapa pandangan yang mengasaskan asumsi saya bahwa naskah kitab “Nihâyatul Muhtâj” versi salinan “Manten” ini adalah hasil salinan KH. Abdul Manan Dipomenggolo. Wallâhu a’lam bisshawâb. (Ahmad Ginanjar Sya'ban)