Warta

56 Tahun, Fatayat NU Tegaskan Pancasila sebagai Ideologi Negara

Ahad, 11 Juni 2006 | 05:53 WIB

Jakarta, NU Online
Momentum peringatan hari lahir (harlah) ke-56, Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) menegaskan diri bahwa Pancasila sebagai ideologi negara. Organisasi ibu-ibu muda NU ini menilai bahwa Pancasila merupakan sesuatu yang final dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Demikian disampaikan Ketua Umum Pucuk Pimpinan (PP) Fatayat NU, Maria Ulfah Anshor dalam sambutannya pada acara puncak peringatan 56 tahun Fatayat NU di Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat Sabtu (10/6) malam.

<>

Hadir pada acara bertajuk “Perempuan Peduli Bangsa“ itu, Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi, Staf Khusus Bidang Komunikasi Politik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Zanuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid dan Pengasuh Pondok Pesantren Barokatul Qodiry, KH Junaidi Al Baghdadi serta beberapa jajaran petinggi PP Fatayat NU.

Dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan beragama, kata Maria, penghargaan terhadap perbedaan nyaris sirna. Pengakuan dan terhadap keragaman pemikiran termasuk pemikiran keagamaan nyaris pupus dari negeri ini.

“Ironisnya, yang tumbuh adalah sikap saling menyalahkan di antara kita, baik sesama muslim, maupun di antara kita sesama umat agama lain, bahkan di antara kita sesama anak bangsa yang dilahirkan dalam bingkai bhineka tunggal ika,“ terang Maria.

Dalam acara yang dipenuhi ribuan warga nahdliyyin (sebutan untuk warga NU) yang juga merupakan jama’ah manaqib KH Junaidi Al Baghdadi itu, Maria mengingatkan kepada masyarakat Indonesia agar kembali pada Pancasila dalam menyelesaikan segala persoalan bangsa.

“Kondisi tersebut tidak perlu disikapi dengan kegalauan dan kekacauan, namun marilah kita sikapi dengan kearifan, ketaatan kepada hukum yang memberikan keadilan, ketegasan dalam berperilaku, keberpihakan kepada yang lemah dan kejujuran dalam menjujung tinggi ideologi negara yang kita cintai yaitu Pancasila,“ jelas Maria.

Untuk keperluan itu, Maria mengajak semua pihak untuk bersatu dalam upaya bersama-sama membangun bangsa Indonesia. Perlu adanya jaringan yang kuat di antara semua komponen bangsa agar usaha yang dilakukan memiliki makna strategis bagi kemaslahatan sebanyak mungkin umat manusia. (rif)


Terkait