Warta

Alami Kebutaan, TKW asal Jatim Dibiayai DPR

Senin, 6 Desember 2010 | 14:30 WIB

Jakarta, NU Online
Kedua mata Haryatin (32) TKW asal Blitar Jatim, kini, sudah tak berfungsi lagi akibat siksaan majikannya, Fatma di Saudi. Haryatin pada Senin (6/12) mengadu ke DPR dan diterima angggota Komisi IX DPR. Penyiksaan yang dialaminya sudah diluar batas-batas pri kemanusiaan. Kini diobati dan dibiayai oleh Komisi IX DPR tersebut.

Wanita yang tinggal di Dusun Bakalan RT 03/RW 05, Desa Wonodadi, Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar Jatim ini, menyebut majikannya adalah seorang yang biadab. Sebelum mengalami penyiksaan, Haryatin mengaku sudah tiga kali ke Saudi Arabia sebagai TKW, dan sudah mampu berbahasa Arab.

"Penyiksaan yang saya alam<>i dilakukan bertubi-tubi sampai mata saya buta. Muka saya dilempari kotoran, tinja. Kadang dilempari dengan pembalut anaknya. Badan saya dicambuk dengan selang vacum cleaner, kepala dibenturkan ke tembok dll," keluh Haryatin.

Namun demikian dia mengakui masih beruntung, bisa kembali ke Indonesia pada pada 4 Agustus 2010, dengan dititipkan oleh seseorang yang sempat membawanya ke Hongkong terlebih dulu. Sebelum akhirnya ke Bandara Juanda, Surabaya.

Kini, Haryatin mendapatkan perawatan khusus oleh pihak Rumah Sakit Aini Jakarta, dan biayanya ditanggung oleh seluruh anggota Komisi IX DPR yang membidangi masalah ketenagakerjaan dan kesehatan. Anggota Komisi IX DPR yang menerima itu adalah Rieke Diah Pitaloka dkk lintas fraksi DPR.

Pada 12 Desember 2006, Haryatin berangkat ke Saudi melalui Bandara Soekarno Hatta. Tiba di Jeddah, dijemput oleh staf agent Al Jovan Manpower. Selang beberapa waktu, Haryatin dijemput anak sang majikan. Semula, ia akan ditempatkan di rumah majikannya bernama Haya. Namun, ia mengaku malah bekerja di kediaman anak majikannya bernama Fatma.

“Di bulan pertama, saya sudah bekerja selama 24 jam. Fatma memiliki 10 anak. Bangun jam 4 pagi, langsung memasak, mencuci, menyetrika, membersihkan dinding, menyapu lantai, mencuci semua pakaian. Membuatkan susu, melayani kebutuhan makanan. Anehnya, setiap yang saya lakukan selalu salah, penyiksaan pun melayang hingga saya mengalami kebutaan,”cerita Haryatin dengan menghela napas. (amf)


Terkait