Warta

Bahasa Indonesia, Nomer Satu di Madinah

Sabtu, 16 Oktober 2010 | 06:14 WIB

Madinah, NU Online

Sebagai kota Metropolitan yang dihuni dan disinggahi para peziarah dari berbagai penjuru dunia, Madinah al-Munawwaroh selalu berbenah. Madinah berusaha memfasilitasi pengunjung/peziarah dengan sebaik-baiknya.Perbaikan-perbaikan sarana dan prasarana fisik terus dilakukan, termasuk layanan informasi keagamaan.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Dalam memberikan informasi-informasi keagamaan, Madinah yang beraada di bawah pemerintahan Arab Saudi memberikan berbagai informasi dalam berbagai bahasa dunia. Mulai dari bahasa-bahasa yang ditulis dalam huruf Arab, Latin, Pali, hingga huruf kanji. Mulai dari pengumuman melalui pengeras suara, papan nama, informasi publik hingga Al-Qur'an dan buku-buku terjemahan.

;

Orang-orang Indonesia yang tidak bisa berbahasa Arab tidak perlu khawatir jika sedang berada di tempat-tempat publik seperti Masjid, toko-toko penjualan souvenir, maupun kawasan komersial lainnya. Tak perlu khawatir, karena melihat wajah Melayu Anda, orang-orang akan segera menyapa dengan bahasa Indonesia.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Jika sekedar untuk berkomunikasi seperlunya, maka tidak perlu menggunakan jasa penerjemah. Terutama untuk hal-hal yang sifatnya take and give, seperti transaksi jual beli. Anda cukup menunjuk suatu barang dan para penjual akan otomatis menyebutkan nama dan harganya. Tentu saja dalam bahasa Indonesia.

Para pedagang bahkan lebih suka menyapa para peziarah asal Thaland dengan bahasa Indonesia. Meski mendapatkan jawaban dalam bahasa yang membingungkan, rata-rata mereka akan ngotot bila kita katakan bahwa orang-orang Thailand tidak bisa berbahasa Indonesia.

"Sama saja. Orang Thailand Selatan adalah orang Melayu sepeti Indonesia, Malaysia dan Singapura atau Brunei," kata seorang pedagang asal Bangladesh kepada NU Online. Pedagang ini bahkan tetap saja ngotot, walaupun pembeli yang diajaknya bicara secara tidak nyambung tadi jelas-jelas mengatakan berasal dari Bangkok, dalam bahasa Inggris.

Di tempat-tempat peziarahan besar, seperti Makam para Syuhada Uhud, di kaki Gunung Uhud dan Makam Baqi'juga terdapat berbagai papan pengumuman dengan berbagai bahasa dunia. Pada kedua makam ini bahasa Indonesia tampak sekali menempati posisi nomer satu, tentu saja setelah bahasa Arab sebagai bahasa resmi negara. 

Di gerbang makam Baqi, terdapat enam papan pengumuman besar tentang adab ziarah kubur. Secara berurutan dari kanan ke kiri papan ini terdiri dari pengumuman berbahasa Arab, Indonesia, Persia, Turki, Urdu dan Inggris. Sementara di makam para syuhada Uhud, terdapat tambahan dua bahasa lagi, yakni bahasa Perancis dan India.

Di pemakaman, Hanya ada satu bahasa Melayu yang tentu saja lebih mendekati bahasa Indonesia dibanding bahasa serumpun mana pun. Di pengumuman melalui pengeras suara, papan nama dan informasi publik, bahasa Indonesia lebih digunakan daripada bahasa Melayu mana pun.

Penerbitan dan Al-Qur'an

Sementara itu, penggunaan bahasa rumpun melayu selain bahasa Indonesia dapat kita temukan dalam selebaran-selebaran dan buku saku-buku saku yang diterbitkan oleh Kementerian Penerangan, Wakaf dan dakwah. Kementerian ini memberikan penyuluhan melalui penerbitan dan audio visual (kaset dan CD/VCD) sebagai bahan dakwah mengenai tata peribadahan, tentu saja dalam versi pemerintah Arab Saudi. Bahan-bahan dakwah ini dibagikan secara cuma-cuma kepada setiap jamaah haji/umroh.

Sementera itu, pemerintah Arab Saudi juga menerbitkan Al-Qur'an berserta terjemahannya ke dalam berbagai bahasa dunia. Al-Qur'an dengan terjemahan ini, bahkan juga di terbitkan ke dalam bahasa-bahasa lokal yang hanya digunakan di satu negara saja seperti bahasa Jepang dan italia.

Hebatnya lagi, selain bahasa Indonesia, pemerintah Arab Saudi juga menerbitkan Al-Qur'an dalam bahasa-bahasa daerah Indonesia, seperti Bahasa Mandar.Al-Qur'an-AlQur'an beserta terjemahannya ini dapat kita temukan di antara deretan kitab suci yang berjajar Rapi di rak-rak Masjid. Rak ini dibuat menempel pada tiang-tiang Masjid Nabawi.

Beberapa bukti ini, baik yang berupa fenomena komunikasi sosial maupun karya ilmiah dan penerbitan setidaknya dapat dijadikan acuan sebagai bukti bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa pertama/nomer satu di Madinah. Sekali lagi, tentu saja setelah bahasa Arab sebagai bahasa utama umat Islam dan bahsa resmi pemerintah Arab Saudi. (min/Laporan langsung Syaifullah Amin dari Arab Saudi)


Terkait