Warta

Berani Ber-NU, Berani Berjuang

Rabu, 26 April 2006 | 07:00 WIB

Jakarta, NU Online
Organisasi sosial keagamaan Nahdlatoel Oelama (NU) didirikan pada 26 Januari 1926 lalu dengan tiga fokus garapan, yakni pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan ekonomi.  Para pengurus dan kader NU sedianya mengambil peran penting dalam tiga hal tersebut secara terus-menerus, dengan penuh pengabdian dan tanpa pamrih.

“NU adalah tempat perjuangan, bukan tempat mencari makan atau jabatan. Berani ber-NU, berarti berani berjuang. Apapun yang terjadi kita tetap berjuang, pantang mundur,” kata Ketua Umum Pengurus Pusat lembaga Dakwah NU (PP LDNU) KH. Nuril Huda saat memberikan sambutannya pada acara pembukaan Musyawarah Kerja Nasional IV LDNU di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Rabu (26/4).

<>

Mukernas IV LDNU yang bertema “Komitmen Membangun Kecerdasan dan Kesejahteraan Ummat” itu dihadiri oleh para pengurus pusat dan delegasi dari 32 propinsi. “Mereka datang dengan biaya sendiri. Ada yang bertanya kepada saya, ‘biayanya bagaimana Pak?’ Saya jawab, jual bajumu untuk berangkat ke Jakarta,” kata Kiai Nuril.

Mukernas dibuka oleh Sekretraris Jenderal Departemen Agama Faisal Ismail. Hadir Wakil Rais Syuriah PBNU KH. Thachah Hasan, Ketua Umum PBNU KH. Hasyim Mujadi, dan Kakanwil Depag DKI Jakarta Fauzan SH. Mukernas yang akan diadakan selama 4 hari itu akan membahas materi-materi penting terkait dengan strategi dakwah NU ke depan. “Intinya Mukernas ini untuk membangun kembali semangat juang kita,” kata Kiai Nuril.

KH. Thalchah Hasan saat memberikan ceramahnya mengatakan, selama ini dakwah lebih sering diartikan sebagai medan untuk menonjolkan pemikiran dan alirannya masing-masing. Menurutnya dakwah yang semacam ini sama sekali tidak menyentuh apalagi menyelesaikan problem yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, terutama umat Islamnya.

“Saya jarang mendengarkan khatib shalat Jum’at mengajak bagaimana masyarakat menjaga kesehatan dengan baik. Saya kira, masalah kesehatan dan kekurangan gizi tidak hanya melulu persoalan ekonomi. Orang-orang yang kaya pun malah kadang sering sakit-sakitan,” kata Kiai Thalcah.

Mantan menteri agama itu berharap Mukernas IV LDNU merumuskan kembali strategi-strategi dakwah NU. “Dari 174 negara di dunia masa kita berada di urutan ke-112. Kita berada di bawah Vietnam yang baru berdiri kemarin, apalagi Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Indikatornya tiga hal: kemajuan pendidikan belum nampak, pelayanan kesehatan belum tercapai, dan kesejahteraan ekonomi belum terwujud,” katanya. (nam)


Terkait