Kementerian Luar Negeri Iran telah memanggil Duta Besar Prancis untuk negara itu, Bernard Poletti. Iran memprotes pernyataan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy terhadap Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad.
Stasiun televisi pemerintah Iran kemarin melaporkan pihak kementerian juga memperingatkan hubungan kedua negara bisa terganggu jika para pejabat Prancis terus mengulangi ucapan menyakitkan. "Sikap ekstremis dan tidak bijaksana Prancis akan berdampak buruk terhadap hubungan dua negara," kata Wakil Menteri Luar Negeri Iran Mahdi Safari seperti dikutip kantor berita The Mehr.<>
Komentar kontroversial Sarkozy dilansir situs web resmi kepresidenan menyambut peringatan hari hak asasi manusia sedunia. "Saya tidak mungkin bersalaman dengan seseorang yang berani mengatakan bahwa Israel harus dihapuskan dari peta dan saya tidak akan duduk di meja yang sama dengan dia (Ahmadinejad)," kata Sarkozy.
Iran memang tidak pernah mengakui negara Israel. Bahkan Ahmadinejad menyebut negara Zionis itu sebagai kanker tumor dan harus dihilangkan. Pemimpin yang mengagumi Ayatullah Khomeini itu juga menyebut peristiwa holocaust, yang menyebabkan enam juta warga Yahudi tewas pada masa Perang Dunia II, sebagai sebuah mitos.
Sarkozy juga mengakui tidak mungkin menyelesaikan krisis nuklir Iran tanpa berdialog dengan Negeri Mullah itu. Namun, ia menilai Ahmadinejad tidak pantas mewakili rakyat Iran, negeri yang ia puji sebagai salah satu peradaban tertua di dunia. Ia juga menyebut rakyat Iran sebagai komunitas berbudaya dan terbuka. "Saya tahu betul Presiden Iran (Ahmadinejad) tidak mewakili Iran, apalagi rakyat Iran," ujarnya.
Masyarakat internasional memang sedang menekan Iran setelah mereka menolak seruan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa menghentikan program pengayaan uranium. Negara-negara Barat dengan komando Amerika Serikat dan Israel menuding Iran sedang membuat senjata nuklir. Tapi Ahmadinejad berkali-kali menegaskan, proyek nuklir Iran untuk kepentingan sipil. (ktp)