Para pengamat ekonomi syariah menghimbau kepada para pelaku lembaga keuangan tersebut di Indonesia jangan terlalu percaya diri menghadapi krisis ekonomi global yang terjadi saat ini.
"Jangan terlalu percaya diri menghadapi krisis ekonomi global saat ini karena masih ada celah yang bisa menyeret industri syariah," kata Ketua Sekolah Tinggi Ekonomi (STIE), Ahmad Dahlan, di Jakarta, Jumat (21/11).<>
Berbicara dalam seminar yang bertajuk "Menguji Ketahanan Lembaga Keuangan Syariah Menghadapi Krisis Keuangan Global", dia mengatakan, lembaga keuangan syariah perlu "back up" untuk mengatasi krisis global.
"'Back up' ini dipertimbangkan karena LDR (loan deposit rasio) bank syariah yang di atas 90 persen. Jika ada penarikan dana deposan secara besar-besaran bisa menjadi kekhawatiran," katanya.
Hal senada diungkapkan Pengamat Keuangan Syariah, Ikhwan Abidin Basri. Menurut dia, operasional lembaga syariah Indonesia masih menyatu dengan industri yang konvensional.
"Masih menjadi satunya operasional antara ekonomi syariah dan konvensional, masih memungkinkan mereka untuk terseret ke krisis," kata Ikhwan.
Percaya diri industri syariah ini karena krisis keuangan global ini muncul akibat sistem kapitalisme yang menggunakan sistem bunga (riba), gharar (spekulasi), sedangkan industri syariah tidak memakai sistem tersebut.
CEO Asuransi Mubarakah Jafril Khalil, mengungkapkan, industri syariah di Indonesia belum sepenuhnya menjalankan industri syariah secara penuh. Dia melihat industri syariah di Indonesia belum sepenuhnya menjual produk syariah, bahkan cenderung ke konvensional.
"Contohnya, tentang pemberian pembiayaan oleh bank syariah yang menerapkan bagi hasil. Saat untung besar meminta tambahan keuntungan, tapi saat rugi tidak mau menanggungnya, apa bedanya dengan bank konvesional," jelasnya.
Dia juga melihat sumber daya manusianya (SDM) juga belum memiliki prinsip syariah. "Masih banyak pelaku industri syariah yang masih dipengaruhi oleh 'moral hazard' konvensional," kata Jafril. Untuk itu dia berharap industri syariah juga harus didukung SDM yang berbasis syariah.
Sedangkan dari sisi permodalan dan aset yang masih kecil dan melawan perekonomian konvensional yang sudah memiliki permodalan dan aset yang besar, sehingga sulit untuk bersaing, tegasnya. (ant)