Foto Kalla-Khofifah Berdampingan Hiasi Sejumlah Jalan di Makassar
Jumat, 29 Mei 2009 | 11:16 WIB
Makassar, Sulawesi Selatan, adalah kota kelahiran Wakil Presiden (Wapres), Jusuf Kalla. Bukan hal aneh jika foto putra Bugis itu menghiasi sejumlah jalan di kota Makassar melalui beragam media: spanduk, pamflet, baliho maupun billboard berukuran jumbo. Maklum saja, selain jadi wapres, ia juga calon presiden (capres) yang berdampingan dengan Wiranto.
Capres Partai Golkar dan Partai Hanura itu tampak sangat populer di kota Coto tersebut. Motto pasangan capres-cawapres berjulu JK-Win itu: "Lebih Cepat Lebih Baik", yang ditulis di spanduk, baliho maupun billboard pun tampak mulai akrab di hati masyarakat setempat.<>
Namun, apa urusannya bila terdapat foto Kalla berdampingan dengan Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muslimat Nahdlatul Ulama (NU), Khofifah Indar Parawansa. Foto keduanya melalui beragam spanduk terlihat di sejumlah ruas jalan di kota kelahiran Sultan Hasanuddin itu.
Jumlah spanduknya pun terlihat bersaing dengan spanduk JK-Win. Sebut saja sebagai contoh di sepanjang ruas Jalan Tol Seksi 4.
Kalla jelas sekali tidak sedang menggaet Khofifah jadi cawapresnya. Rupanya, spanduk itu hanya sebagai bentuk penghormatan terhadap Wapres Kalla yang telah bersedia membuka secara resmi Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Muslimat NU di Gedung Celebes Convention Center, Kota Makassar, Jumat (29/) siang. Foto Kalla dan Khofifah berdampingan memang dipisahkan kalimat ucapan "Selamat Datang Para Peserta Rakernas Muslimat NU".
Setidaknya, itulah jawaban Khofifah saat didesak wartawan terkait spanduk itu dalam konferensi pers di Gedung CCC, Kamis (28/5). "Sebetulnya wajar saja, tidak ada yang aneh. Itu (spanduk) karena Wapres Jusuf Kalla memang yang membuka Rakernas ini," ujar Khofifah.
Kehadiran Kalla bukan tanpa sebab, bukan hanya karena ia Wapres. Kalla juga dikenal sebagai nahdliyin (warga NU) dan besar di lingkungan NU.
Khofifah memang menolak anggapan bahwa Rakernas itu akan diarahkan untuk mendukung salah satu pasangan capres-cawapres. Namun, ia mengatakan bahwa anggota Muslimat NU bisa dipastikan bakal memilih capres yang jelas berlatar belakang nahdliyin. "Biasanya orang NU (memilih pemimpin) yang tidak jauh dari 'habitat'-nya (baca: sesama warga NU)," ujar Khofifah. (rif/saz)