Warta

GP Ansor Selenggarakan Dialog dan Workshop Anti Kekerasan

Kamis, 12 Januari 2006 | 11:23 WIB

Jakarta, NU Online
Aksi kekerasan dan terorisme dinilai telah menjadi persoalan yang cukup serius dan harus mendapat perhatian khusus, karena belakangan fenomena tersebut kian marak terjadi. Untuk itu Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor (PP GP Ansor) menyelenggarakan Dialog Kebangsaan-Keagamaan dan Workshop yang membahas masalah tersebut di gedung PBNU, Jl. Kramat Raya Jakarta, Kamis (12/1).

Drs. Endang Sobirin dalam sambutannya mewakili ketua umum PP GP Ansor yang berhalangan hadir mengatakan bahwa acara tersebut dilakukan dalam rangka menyikapi aksi kekerasan dan terorisme yang saat ini kerap mewarnai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian GP Ansor dan organisasi kepemudaan yang lain juga memilki tanggungjawab atas persoalan tersebut.

<>

“Acara ini merupakan bentuk kepedulian GP Ansor dan organisasi kepemudaan lain dalam menyikapi fenomena kekerasan dan terorisme yang terjadi akhir-akhir ini. Kepedulian itu juga didasari oleh rasa tanggungjawab atas persoalan bangsa dan negara,” terang Endang Sobirin.

Lewat acara tersebut, lanjut Endang Sobirin pihaknya ingin menumbuhkan sikap saling menghargai dan menghormati antar-umat beragama. Hal itu menurutnya penting sebagai upaya menjalin hubungan persaudaraan antara sesama umat beragama dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara.

Acara bertajuk “Agama, Gerakan Kekerasan dan Terorisme di Tengah Arus Globalisasi” itu dibuka dengan dialog. Hadir sebagai narasumber adalah tokoh agama lintas agama, di antaranya Ketua PBNU, Masdar Farid Mas’udi, Rohaniawan Frans Magnis Suseno, Sekretaris Perhimpunan Gereja Indonesia, Pdt. Weinata Sairin.

Acara tersebut dihadiri sejumlah Organisasi Kemasyarakatan dan Pemuda (OKP) lintas agama yang juga menjadi peserta workshop, antara lain Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Pemuda Muhamadiyah, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Himpunan Mahasiswa Budhis Indonesia dan lain-lain.

Kegiatan workshop tersebut akan berlangsung hingga tanggal 13 Januari 2006. Di akhir kegiatan akan disampaikan hasil dari workshop tersebut. Nantinya hasil dari pada workshop itu akan dijadikan panduan dalam menyikapi berbagai persoalan bangsa termasuk kekerasan dan terorisme. (rif)


Terkait