Warta

Hasyim ‘Sentil’ Parpol Berbasis Warga NU

Ahad, 3 Februari 2008 | 08:59 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi ‘menyentil’ sejumlah partai politik (parpol) yang mengklaim berbasis massa pendukung kaum Nahdliyin (sebutan untuk warga NU). Ia mengingatkan, parpol tersebut hendaknya tidak hanya berani klaim, tetapi lebih dari itu dapat membuktikan pemihakannya kepada NU.

“Partai politik yang merasa berbasis NU. Hendaknya membuktikan pemihakan dan pengabdiannya kepada warga NU dan masyarakat Indonesia secara luas,” kata Hasyim dalam pidatonya pada puncak peringatan Hari Lahir ke-82 NU di Gelora Bung Karno, Jakarta, Ahad (3/3).<>

Ia menjelaskan, sebaiknya parpol tersebut dapat menyamakan visi dengan NU yang merupakan organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia. Dengan demikian, diharapkan dapat secara bersama-sama mengelola visi tersebut menjadi sebuah kebijakan politik, ekonomi, hukum, budaya dan sebagainya.

Menurutnya, bila kerja sama itu dapat dilakukan, maka, cita-cita Indonesia yang adil dan sejahtera, dapat segera diwujudkan. “Dengan demikian, jika partai-partai yang merasa berbasis NU secara riil mampu memberikan manfaat bagi warga NU, dengan sendirinya akan menjadi partai yang besar,” terangnya.

Sebaliknya, imbuh mantan calon wakil presiden itu, jika partai tersebut tidak dapat memberi manfaat bagi kemaslahatan warga NU, dengan sendirinya, ia akan menjadi partai kecil.

“Semua itu tetntunya bukan tergantung pada pengurus besar NU, tapi tegantung pada penilaian nurani warga NU sendiri,” pungkas Hasyim yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam, Malang, Jawa Timur.

Sebelumnya, diberitakan situs ini, sejumlah parpol memanfaatkan momentum harlah tersebut untuk mencari simpati massa. Mereka tampak sedang melakukan ‘perang’ pengaruh.

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dua parpol tersebut berlomba-lomba meramaikan sejumlah ruas jalan di Jakarta dengan berbagai atribut; bendera, spanduk dan baliho. Isinya, hampir seragam, yakni membawa nama besar NU dalam setiap atribut.

Cara lain, kedua parpol itu, memasang iklan di sejumlah media cetak. Keduanya sama-sama menyebut dirinya sebagai partai yang dilahirkan NU.

Bahkan, di dalam arena puncak peringatan harlah itu pun, tampak beberapa spanduk dan bendera kedua parpol tersebut. (rif)


Terkait