Warta

Hasyim Kembali Ingatkan: Waspadai Aliran Baru

Ahad, 22 Juli 2007 | 22:19 WIB

Madiun, NU Online
Jajaran pengurus Nahdlatul Ulama NU dari pengurus besar, wilayah, cabang, wakil cabang, hingga ranting harus mewaspadai gangguan yang ditujukan kepada NU. Gangguan itu terutama berasal dari aliran-aliran keislaman baru yang tidak mempunyai landasan kuat.

Demikian disampaikan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi dalam “Pertemuan Pengurus Ranting NU Rayon VIII” se-Karesidenan Madiun di Asrama Haji, Ring Road, Ahad (22/7).

<>

Hasyim menegaskan, warga nahdliyin harus mampu menempatkan diri dalam menentukan sikap terhadap persoalan yang dihadapi, tidak persoalan dengan kepala panas, melainkan kepala dingin, bijak, penuh kearifan serta menghindari cara-cara kekerasan.

“Gangguan yang menimpa NU saat ini berasal dari aliran yang tidak sama dan bersifat transnasional politik. Jika gangguan itu masuk dan dibiarkan dapat memecah belah kalangan NU sendiri maupun menimbulkan konflik dengan pihak lain. Maka itu, jajaran NU harus diberikan pengertian dan selanjutnya disampaikan kepada warga nahdliyin,” ujarnya serius.

Menurutnya para pendiri NU sudah memberikan pelajaran berharga dalam mengambil sikap penuh kearifan atau tidak mendahulukan emosi.

“Sikap-sikap itu patut diteladani oleh semua, saya minta jangan memakai cara-cara kekerasan dalam menyelesaikan perselisihan pendapat dengan aliran lain yang menganggap beberapa ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah NU sebagai bid’ah,” tandasnya lagi.

Dia juga mengatakan berbagai aliran Islam menentang Aswaja NU tidak sesuai ajaran nabi, tidak hanya itu saja, mereka juga ‘merebut’ musholla hingga masjid-masjid NU agar warga nahdliyin meninggalkan Aswaja yang telah diajarkan.

“Untuk menyikapi hal itu, mari berbenah dan menata diri. Kami (PBNU) juga sudah menerbitkan buku soal Aswaja,” jelas Hasyim Muzadi.

Menyinggung gangguan transnasional politik, pengasuh pesantren Alhikam Malang itu menyatakan datang dari kalangan partai politik (parpol) membawa bendera, nama atau berasal dari NU.

“Mereka itu hanya mau datang ke NU, saat lagi ada masalah saja. Tapi, begitu mendapat yang enak-enak, justru lupa dengan NU,” ungkapnya, yang disambut sekitar 1.400 pengurus ranting NU yang memadati hall Asrama Haji, Kota Madiun.

Soal menghadapi gangguan itu, KH Hasyim Muzadi mendukung langkah-langkah PWNU Jatim membentuk Kelompok Anak Ranting (KAR). “Langkah itu bagus dan harus digarap serius, maksud lain untuk menangkal gangguan yang ada dapat dengan cepat dilaporkan kepada pengurus diatasnya untuk segera disikapi,” paparnya.

Turut hadir dalam pertemuan pengurus ranting itu Rois Syuriah PW NU Jatim KH Masduqi, Wakil Rois Syuriah KH Miftahul Akhyar, Ketua Tanfid PW NU Jatim KH Ali Maschan Moesa, Wakil Bupati Madiun H Muhtarom dan Bupati Ponorogo H Muhadi Suyono.

Pertemuan dengan ranting-ranting NU dilakukan, agar pengurus NU ditingkat paling bawah mengerti, mengetahui dan memahami gangguan yang tengah dihadapi NU dewasa ini.(gpa/man)


Terkait