Warta

Keluarga Syekh Ihsan Jampes Minta Kitab ’Bajakan’ Ditarik dari Peredaran

Senin, 7 September 2009 | 22:29 WIB

Jakarta, NU Online
Keluarga Syekh Ihsan bin Dahlan Jampes meminta Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memfasilitasi tuntutan pihak keluarga agar penerbit Darul Kitub Al-Ilmiyah, Beirut, Lebanon menarik kitab Sirajut Thalibin ’bajakan’ yang telah beredar sejak 2006.

Hal tersebut disampaikan keluarga Syekh Ihsan dalam acara halaqah di ruang pertemuan kantor PBNU, Jakarta, Selasa (7/9). Selain keluarga Syekh Ihsan, halaqah pembahasan pembajakan kitab Sirajut Thalibin ini juga dihadiri oleh mantan duta besar RI untuk Lebanon H Abdullah Syarwani, penerbit Darul Fikr perwakilan Jakarta yang juga menerbitkan kitab Sirajut Thalibin, Lembaga Bahtsul Masail NU dan Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum (LPBH) NU.<>

Keluarga Syekh Ihsan Jampes diwakili oleh KH Irfan Masruchin (cucu Syekh Ihsan), KH Amin (menantu syekh Ihsan), dan Hj. Nusoiziyah Ihsan (putri bungsu Sykeh Ihsan). Halaqah dipimpin oleh Rais Syuriyah PBNU KH Hafidz Usman dan ketua PP Lajnah Ta’lif wan Nasyr NU Abdul Mun’im DZ.

KH Irfan Masruchin (Gus Irfan) menyatakan, kesalahan fatal yang telah dilakukan oleh penerbit Darul Kutub Al-Ilmiyah adalah mengganti nama pengarang dari Syekh Ihsan bin Dahlan menjadi Syekh Ahmad bin Zaini Dahlan baik di halaman sampul dan di dalam isi kitab. Penerbit ini bahkan menambahkan tarjamah (biografi) Syekh Ahmad Zaini Dahlan dalam kitab yang diterbitkan sejak 2006 ini.

Bukan hanya itu, Darul Kutub Al-Ilmiyah telah membuang taqridhoh atau semacam kata pengantar dari pendiri NU Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari dan beberapa ulama yang ada dalam kitab versi aslinya.

”Jelas ini ada kesengajaan untuk menghilangkan jejak mua’llif. Kami selaku keluarga menyerahkan ke PBNU agar ini diproses. Setidaknya agar penerbit meminta maaf. Kedua, kami juga meminta agar penerbit darul Kutub Al-Ilmiyah menarik kitab yang disebarkan dengan nama muallif berbeda ini,” katanya.

Dalam pertemuan yang dihadiri pihak Darul Fikr perwakilan Indonesia, keluarga Syekh Ihsan juga menyampikan, selama kitab diterbitkan oleh Darul Fikr keluarga pesantren belum pernah mendapatkan royalti. ”Tidak ada royalti apapun, walaupun berupa ucapan terimakasih,” katanya.

Menurut Gus Irfan, kitab Sirajut Thalibin pertama kali diterbitkan oleh penerbit Nabhan di Surabaya pada awal tahun 1950-an, dan tahun 1955 diterbitkan penerbit al-Babi Al-Halabi Mesir, dan pada tahun 1990-an diterbitkan Darul Fikr Lebanon. Baru pada 2006 diterbitkan oleh penerbit Darul Kutub Al-Ilmiyah Lebanon dengan nama pengarang yang berbeda. (nam)


Terkait