Warta

Ketua PWNU Jatim Minta Segera Diluruskan

Rabu, 13 September 2006 | 15:48 WIB

Surabaya, NU Online
Masalah aliran yang dianggap menyimpang sampai kini tak habis-habisnya. Setelah ada aliran yang mengajarkan sholat dengan bahasa Indonesia, kini Jamaah Darul Qur’an di Pondok Pesantren (Ponpes) Asy-Syafiiyah Dusun Tambakrejo Desan Wadung Asri, Kecamatan Waru, Sidoarjo, Jawa Timur mengajarkan santrinya untuk menjalankan sholat di atas tanah, tanpa alas apapun.

Melihat fenomena tersebut, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim Ali Maschan Moesa buru-buru memberikan penjelasan bahwa keyakinan tersebut tidak benar dan harus diluruskan agar tidak menimbulkan gejolak di masyarakat.

<>

Dikatakannya bahwa ajaran tersebut malah bertolakbealakang dengan ajaran Islam karena sholat harus berada di tempat yang suci dan bebas dari hadast dan najis. “Nanti kalau tanahnya kotor atau kena najis, malah batal sholatnya,” katanya Rabu.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Dalam ilmu fikih yang membahas masalah thoharoh atau tata cara bersesuci, diajarkan untuk melindungi dari hadast dan najis dapat menggunakan alas atau berupa sajadah atau karpet. “Karena kita tidak tahu, tanah yang dipakai sholat tersebut bersih atau tidak dari hadast dan najis, “ tuturnya.

Ia meminta agar tokoh masyarakat terutama ulama untuk segera menyelesaikan ajaran tersebut. “Kepala desa dan ulama setempat harus duduk bersama memikirkan mereka.

Jamaah Darul Qur’an dipimpin oleh Syeh Mahrus Ali (52) meskipun sholat di atas tanah, mereka tetap menggunakan sandal atau sepatu. Jamaah ini merupakan sempalan santri di Ponpes Asy Syafiiyah pimpinan KH Hasyim hambali.

Kegiatan sholat di atas tanah ini dimulai sejah 4 tahun lalu,  setelah laki-laki yang menikahi adik KH Hasyim Hambali dan dikaruniai 17 anak yang 5 di antaranya meninggal tersebut melakukan pengkajian dalam Al Qur’an dan hadist dan menemukan fakta bahwa Nabi Muhammad tidak pernah sholat selain di atas tanah langsung. Lalu ia berkesimpulan bahwa apa yang dilakukan oleh Rasulullah juga harus dijalankan apa adanya.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Sampai saat ini anggota jamaah tersebut berjumlah sekitar 40 orang. selain di Sidoarjo, jamaah terdapat di Surabaya, Bali, dan Medan.  Saat ini mereka tengah membangun masjid dengan ukuran 18 X 20 meter dengan beralaskan tanah. Sebagian jamaah sudah melakukan sholat di masjid tersebut. (mkf/dtk)


Terkait