Warta

Launching NU Centre Boyolali dan Pencanangan Masjid NU Di Merapi

Ahad, 10 April 2011 | 15:25 WIB

Jakarta, NU Online
Tidak kurang dari lima ribu warga NU menghadiri Harlah NU yang diselenggarakan PCNU Boyolali dengan tema “Meneguhkan Ahlussunah Waljamaah Mewujudkan Kebhineekaan Indonesia” Minggu, 10 April 2010.

Hadir dalam acara tersebut Habib Lutfi bin Yahya, Wakil Bupati Boyolali Agus Purwanto beserta jajaran Muspida Kab. Boyolali. Dari jajaran Pengurus NU hadir Ketua PBNU Prof. DR. KH. Maksum, Ketua LPBI NU Avianto Muhtadi, Bendahara PWNU Jawa Tengah Bambang Riantoko.<> 

Selain memperingati Harlah NU dalam acara ini juga dilaksanakan launching pembangunan NU Centre Boyolali dan pencanangan 13 masjid NU di kawasan Merapi di kecamatan Tlogo Lele dan Klakah.

”NU Centre mempunyai luas areal 1700 meter persegi dan baru ada bangunan satu lantai dan persiapan pembangunan Masjid. Rencananya dalam 2 tahun akan ada bangunan 4 lantai dengan menjadi centre pengajian, kesehatan, pendidikan, perekonomian,” ujar Ketua PCNU Boyolali H. Muhdi Zamru M.Ag


Sedangkan menurut H M Amin wakil Ketua PCNU Boyolali,  pencanangan masjid berupa  labelisasi masjid yang bertuliskan LTM NU Kab. Boyolali merupakan sumbangan LPBI NU untuk  13 masjid di kawasan Merapi yang telah rusak dan tidak berfungsi saat erupsi Merapi. Saat ini masjid tersebut tidak hanya berfungsi kembali sebagai tempat ibadah saja namun juga dimanfaatkan oleh masyarakat menjadi tempat shelter pengungsi dan mendapatkan air bersih pasca erupsi Merapi.

Wakil Bupati Boyolali dalam sambutannya mengatakan bahwa NU selama ini dikenal sebagai ormas Islam yang mengusung kebhineekaan dan pemersatu bangsa di Indonesia sejak zaman kemerdekaan hingga sekarang. “Ke depan Pemkab Boyolali akan meningkatkan kemitraan dengan NU dalam pembangunan di Boyolali yang sedang mengusung pro investasi,” ujar Agus Purwanto.

Ketua Umum PBNU Prof. Dr. Maksum menyatakan, “Saya sangat berbahagia melihat  PCNU Boyolali yang dinamis dan memiliki semangat tinggi dalam memperjuangkan nilai-nilai aswaja.”

Selain itu Prof Maksum juga menyampaikan kebanggaannya kepada LPBI NU yang selalu hadir dalam pendampingan masyarakat baik saat tanggap darurat maupun tahap pemulihan Merapi.

Prof Maksum menambahkan, “Masjid adalah pusat peradaban, tempat penempaan spiritualitas dan moralitas, menjaga kentraman dan perdamaian di masyarakat, bukan sebaliknya sebagai tempat melampiaskan kekesalan, mengkafirkan atau membid'ahkan, meresahkan masyarakat bahkan memecah-belah.”

Habib Lutfi dalam ceramahnya menyampaikan bahwa negara perlu menggubah iramanya agar bangsa ini selalu harmonis, tentram, damai dalam bingkai kebhineekaan. Perlunya baik sebagai individu, kelompok atau golongan saling memahami satu sama lain.

“Bukan merasa atau menjadi lebih dari yang lain. Apalagi perbedaan yang menjadi konflik pasti ditimbulkan oleh adanya kepentingan politik dan pramagtisme. Oleh karena itu, perlu saling mengingatkan dan harus menjunjung tinggi toleransi. Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin,” pungkas Habib Luthfi. (bil)


Terkait