Jakarta, NU Online
Dalam rangka menyambut Harlah ke-85 NU, Lesbumi launching sekaligus bedah antologi puisi “Negeri Cincin Api” pada 09/07 di Galeri Cipta 2 Taman Ismail Marzuki (TIM). Antologi ini berisi peristiwa bencana alam di berbagai daerah.
“Puisi adalah jendela hati, jiwa dan perasaan seseorang. Dengan demikian, antologi ini berupaya menangkap dan berempati terhadap korban bencana,” ujar Al-Zastrouw Ng., ketua Lesbumi, dalam sambutannya.
<>
Sementara itu, Ali Sobirin, panitia bedah buku mengatakan, “Ini adalah keprihatinan Lesbumi terhadap pemerintah dalam penanganan bencana yang tidak memanusiakan para korban. Padahal bencana akan terus berulang-ulang. Tapi seolah tak mengambil pelajaran.”
Menurut Sides Sudyarto D. S., salah seorang pembedah, mengutip Richard Rorty, peran yang dulu ditempati para filsuf, kini digantikan para penyair. Merekalah akan menggambarkan penderitaan manusia. Serta mendorong manusia untuk bergerak ke arah kemajuan moral.”
“Tapi sayangnya,” lanjutnya penulis antologi “Pahlawan dalam Puisi” dan “Tiang Gantungan” ini, sastera Indonesia modern mengalami chaos berkepanjangan. Hal itu dikarenakan mandegnya kritik sastera. Akibatnya, puisi juga mengalaminya,” tambah penyair kelahiran Tegal 14 Juli 1942 di hadapan seratusan peserta.
Pembedah lain, Sihar Ramses Simatupang mengatakan , puisi dalam antologi ini bisa saja reaktif. Tapi itu bukan berarti tidak reflektif dan estetis.
Acara yang dimoderatori Imam Maarif ini ditutup dengan pembacaan puisi. Tampil Ray Sahetapy, Dorman Borisman, dan penyair-penyair lain. Acara yang berakhir pukul 17.00 ini dimeriahkan musikalisasi komunitas Rumput.
Redaktur: Mukafi Niam
Penulis : Abdullah Alawi