Warga Desa Padurenan, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, Jateng, memiliki cara tersendiri dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW yang menjadi acara rutin tiap tahun dengan menggelar kirab budaya yang diikuti sekitar 1.700 peserta.
Kirab yang juga dikenal sebagai kirab budaya "Maulidan Jawiyyan" dimulai Kamis sekitar pukul 15:00 WIB, dengan mengelilingi jalan di desa setempat.<>
Peserta kirab terdiri dari warga setempat, kelompok petani, olahragawan, pelajar dari sejumlah sekolah tingkat SLTP dan SLTA, murid Taman Kanak-kanak (TK) serta kelompok bermain atau "play group" juga ikut memeriahkan kirab tersebut.
Masing-masing peserta, menampilkan sejumlah kesenian tradisional, seperti permainan dari batok kelapa, permainan dari pelepah pisang, enggrang, wayang bambu, drum band menggunakan alat dari bahan bekas, dan permianan jaran kepang dari pelepah pisang.
Selain itu, peserta kirab juga ada yang menampilkan hasil kerajinan khas daerah setempat, seperti tas dan busana bordir, serta sejumlah ibu-ibu dan bapak-bapak yang berpenampilan seperti petani dengan membawa sejumlah hasil pertanian.
Gunungan hasil bumi dan miniatur Menara Kudus yang dihiasai dari semua hasil bumi juga ditampilkan untuk diarak keliling jalan di desa setempat.
Setelah kirab selesai, dilanjutkan dengan ritual doa yang dipimpin oleh ulama setempat.
Kepala Desa Padurenan Arif Chuzaimahtum mengatakan, tujuan utama digelarnya kirab budaya maulidan "jawiyyan" sebagai ungkapan rasa syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW.
"Peringatan maulid (kelahiran) harus dijadikan momentum untuk menghadapi tantangan dalam mengangkat dan memajukan umat Islam, serta mengatasi sejumlah persoalan yang menjadi penghambat kemajuan umat," ujarnya.
Makna maulidan "jawiyyan", kata dia, merupakan budaya umat Islam di desa ini yang selalu mengadakan kegiatan pembacaan berjanji dengan lagu bernada pentatonik jawa, menggema dan menjadi pertanda desa ini masih lekat dengan nilai-nilai kearifan lokal yang dibangun para ulama sebelumnya.
"Untuk itu, kami berinisiatif menggugah hati para umat Islam di desa ini dengan mengadakan kirab budaya agar mereka juga ingat peringatan maulid ini," ujarnya.
Ia mengakui, kegiatan kirab budaya maulid "jawiyyan" merupakan yang pertama dilakukan. "Rencananya, kegiatan ini akan dijadikan agenda rutin tahunan," ujarnya.
Momentum tersebut, kata dia, akan dijadikan kesempatan untuk ikut mempromosikan potensi lokal, seperti kerajinan bordir dan konveksi.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus Abdul Hamid ketika membacakan sambutan Bupati Kudus Musthofa Wardoyo mengatakan, kegiatan ini menunjukkan masyarakat Kudus memiliki kelebihan dan kemampuan untuk menggali potensi kebudayaan lokal dan berpotensi menjadi objek wisata religi.
"Dengan potensi yang besar ini, tentu menjadi kewajiban kita semua untuk mendukung dan mengembangkannya," ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, dia juga mengingatkan, kepada masyarakat untuk mawas diri . "Sudahkah perkataan, perbuatan, dan perilaku kita mencerminkan umat Muhammad SAW yang memiliki sifat-sifat siddiq, tablig, amanah, serta fathonah dalam kehidupan sehari-hari," ujarnya.
Dengan meneladani kemuliaan Nabi Muhammad, maka akan menjadikan umat semakin bertaqwa, beriman, bersikap arif dan bijaksana dalam pergaulan sosial. (ant/mad)