Musyawarah kerja wilayah PWNU Jatim yang digelar di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, 8 Maret menghasilkan sembilan criteria para calon pemimpin NU yang layak diusung dalam muktamar ke-32 di Makassar.
Sembilan kriteria tersebut adalah perintis (memperjuangkan misi umat dan Islam ahlusunnah wal jamaah, penyelaras (menyelarasankan organisasi), pemberdaya (berkomitmen dan berdedikasi tinggi).<>
Selain itu, menjadi panutan atau teladan bagi umat, kelima mempunyai visioner (berwawasan jauh ke depan), keenam berkemampuan kuat, ketujuh harus berintegritas , amanah dan kesembilan adalah mandiri (bukan perpanjangan tangan pemerintah atau parpol tertentu.
Ketua PWNU Jatim, KH Mutawakil Allalah mengakui, memang penundaan nama yang akan diusung itu bukan keputusan yang populer. Alasan utamanya adalah PWNU Jatim ingin merapikan barisan-barisan kekuatan NU di setiap PCNU se-Jatim agar lebih kokoh terlebih dahulu.
Apa tetap dirahasiakan hingga akhir muskerwil? "Tergantung nanti, tetapi insya Allah akan mengerucut kembali satu nama. Tetapi, saya tidak bisa putuskan sekarang, masih dalam proses musyawarah," katanya.
Rois Syuriah PWNU Jatim KH Miftachul Akhyar menambahkan, saat ini Jatim menjadi kiblat bagi kekuatan NU se-Indonesia. Untuk itu, pihaknya sangat berhati-hati dan berpikir matang dalam menyebut nama figur calon ketua umum PBNU dan rais aam PBNU.
"Figur sudah jadi nomor sekian. Saat ini, banyak figur yang diterobos orang luar dan anak-anak muda. Banyak anak muda NU yang mbujuki (membohongi) kiai-kiai sepuh dalam menentukan figur ketua," pungkasnya. (mad)