Gus Baha Jelaskan Alasan Mukjizat Nabi Muhammad Tak Seperti Nabi Sebelumnya
Selasa, 17 September 2024 | 18:30 WIB
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) saat ceramah di Letah, Rembang. (Foto: dok. Pondok Leteh)
Syarif Abdurrahman
Kontributor
Pasuruan, NU Online
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) menjelaskan perbedaan mukjizat Nabi Muhammad dan nabi-nabi sebelumnya yaitu kebanyakan mukjizat Nabi Muhammad berupa al-ardul basyariyah, memiliki sifat-sifat sebagaimana manusia biasa.
Artinya, rasul memiliki sifat-sifat seperti memiliki rasa lapar, haus, sakit, tidur, sedih, senang, berkeluarga, dan lain sebagainya. Hal ini membuat Rasulullah mudah ditiru oleh umatnya.
Ketika Rasulullah ingin khutbah, ia langsung mengambil kayu yang ada di depannya dan berdiri sebagai tanda.
“Perbedaan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad dan nabi-nabi sebelumnya yaitu mukjizat Nabi Muhammad bersifat basyariyah atau manusia. Sedangkan mukjizat nabi sebelumnya dahsyat-dahsyat,” kata Gus Baha saat Haul Ke-42 KH Abdul Hamid Pasuruan seperti dikutip dari Youtube TV9 Nusantara, Senin (16/9/2024).
Nabi sebelumnya mendapatkan mukjizat bisa komunikasi dengan hewan, bisa mengeluarkan unta dari batu, membelah lautan, dan lain sebagainya.
Kata Gus Baha, Allah menjelaskan sifat Nabi Muhammad, seseorang yang pernah yatim dan dirawat Allah. Pernah tidak jadi nabi, lalu diangkat. Pernah miskin lalu dikayakan. Allah menceritakan kehidupan sehari-hari, tapi Nabi Muhammad senang.
“Agama ini akan enak, karena sesuai dengan keseharian kita, Rasulullah pernah ditanya, apa itu Islam, lalu dijawab yang memberikan makan. Ini penting disampaikan agar agama ini mudah,” imbuhnya.
Ulama asal Rembang ini menambahkan, orang kafir dulu pernah meminta mukjizat agar Allah turun dan menggandeng Nabi Muhammad, lalu mengumumkan bahwa ini nabi. Lalu tidak dituruti.
Allah tidak menuruti, karena orang yang menolak Nabi Muhammad sebagai nabi adalah angkuh. Ketika ada mukjizat pun dia akan minta yang lain, tapi belum tentu beriman.
“Karena sebanyak apapun mukjizat nabi, jika secara sosial tidak cocok maka tidak akan bisa diterima masyarakat. Mudah diterima oleh semua kalangan. Jadi lewat ngaji ini saya ingin menyampaikan, kamu yang ingin keramat tidak usah ingin aneh-aneh, biasa saja tapi masuk surga,” jelasnya.
Selain itu, kata Gus Baha, Nabi disamakan dengan manusia pada umumnya, meskipun tetap tidak sama pada hakikatnya agar tidak ada ucapan bahwa tidak bisa meniru karena itu nabi dan bisa melakukannya.
Tidak hanya Nabi Muhammad, Allah pun menjelaskan sifatnya secara sederhana yaitu dzat yang menghilangkan rasa lapar dan takut.
Allah swt berfirman:
الَّذِيْٓ اَطْعَمَهُمْ مِّنْ جُوْعٍ ەۙ وَّاٰمَنَهُمْ مِّنْ خَوْفٍ
Allazi at'amahum min jū'(in), wa amanahum min khauf(in)
Yang telah memberi mereka makanan untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa takut
“Allah menjelaskan dirinya dengan sederhana, sesuai keseharian kita. Di Indonesia kita aman-aman saja, makan dan ngaji tidak ditangkap. Ini paling disukai Rasulullah. Jadi saya berpesan, setelah ngaji ini yang ingin keramat, tinggalkan. Biasa saja, tapi masuk surga,” tandasnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua