Warta

Pandangan Aktivis Gender Akan Disoal

Senin, 3 September 2007 | 06:45 WIB

Jakarta, NU Online
Salah satu agenda Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Bahtsul Masa’il Nahdlatul Ulama (LBM-NU) di Jakarta, 5-7 September 2007 mendatang adalah membahas pandangan para aktivis gerakan kesetaraan gender terutama berkenaan dengan kitab Uqudul Lujjain karya Syeikh Nawawi Al-Bantani yang dikaji di beberapa pesantren.

Uqudul Lujjain merupakan salah satu kitab yang menjadi rujukan warga Nahdliyyin dalam mengatur relasi antara suami dan isteri. Menurut beberapa aktivis kesetaraan gender kitab tersebut menganut ajaran Islam yang tekstualistik berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits.

<>

Para suami memiliki kekuasaan yang tinggi terhadap isterinya, seperti isteri harus tunduk dan taat kepada suaminya, isteri tidak boleh keluar rumah selain izin suami, isteri harus melayani suami dengan sebaik mungkin, dan lain-lain. Dalam pandangan para aktivis gender, apa yang disebutkan dalam kitab tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan zaman.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Menurut Ketua Panitia Rakernas LBM HM Kholil Nafis, pembahasan pandangan aktifis gender itu terkait munculnya polemik antara Forum Kajian Kitab Kuning (FK3) yang dikomandani oleh Hj Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid dan Forum Kajian Islam Tradisional (Forkit) Pesantren Sidogiri Pasuruan. “LBM berupaya untuk menyelenggarakan forum ilmiah yang berlandaskan intelektualitas pesantren,” kata Kholil.

FK3 sempat menerbitkan buku bertajuk “Wajah Baru Relasi Suami Istri (Telaah Kitab Uqudul Al-Lujain” yang mendapat tanggapan keras dari Forkit Pesantren Sidogiri dengan menerbitkan buku “Menguak Kebatilan dan Kebohongan Sekte FK3” yang dipelopori oleh Moh Idrus Romly.

Pra Rakernas

Pada acara Pra Rakesnas, Rabu (29/8) lalu di gedung PBNU Jakarta, LBM telah memeprtemukan FK3 dan Forkit. Hj Sinta Nuriah yang hadir waktu itu mengatakan, FK3 ingin mengklarifikasi atas beberapa program dan kajian yang telah dijalankan. Ditegaskan, FK3 ingin memperjuangkan keadilan dan hak-hak kaum perempuan.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

“Terus terang selama ini kami banyak menerima tuduhan negatif dari beberapa pihak yang tidak memahami apa yang kami lakukan. Mereka menuduh kami sesat, merusak, dan mengubah ajaran islam, bahkan ada yang menuduh kami sesat, kafir dan berbagai tudingan nista lainnya,” katanya.

Moh Idrus Romly yang berbicara setelah Sinta Nuriyah, antara lain, menyayangkan kekurangselektifan FK3 dalam memilih rujukan. Dikatakan, dalam memberikan komentar terhadap Uqudul Lujjain, FK3 sering merujuk kitab-kitab kelompok Islam yang anti tawasul, tabaruk, tasawuf, maulid Nabi dan mengkafirkan kaum muslimin tradisional seperti Nahdlatul Ulama (NU).
 
Lutfi Fathullah, salah seorang anggota FK3 mengajukan tanggapan. “Apakah memang yang di dalam kitab Uqudul Lujjain itu semua benar? Saya kira tentu ada beberapa kesalahan-kesalahan yang perlu diluruskan,” katanya.(nam)


Terkait