Warta

PBNU akan Rangkul Semua Politisi, Pengusaha dan Birokrat NU

Sabtu, 6 Maret 2010 | 09:08 WIB

Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ke depan akan merangkul semua potensi politisi, pengusaha dan birokrat NU agar bisa memperjuangkan kepentingan masyarakat banyak, terutama warga nahdliyin. Pasalnya, selama ini komunikasi kelompok-kelompok itu belum berjalan dengan baik.

"NU itu perlu dikonsolidasikan dengan menjalin komuniksi dan menyapa potensi yang ada, yaitu politisi, pengusaha dan birokrasi. Ini yang belum ada model jaringannya seperti apa," kata Ketua PBNU Ahmad Bagdja kepada wartawan di kantornya, Jl Kramat Raya, Jakarta Pusat, kemarin.<>

Menurut Bagdja, ketiga potensi yang akan dirangkul ini diusahakan agar suara dan kebijakan NU bisa diakomodasi semua kalangan. Sebab, selama ini komunikasi yang dijalin hanya individual dan hanya kepada satu partai politik, yaitu PKB, sehingga kurang efektif.

"Semua akan kita sapa, politisi, pengusaha dan birokrasi. Karena di birokrasi saja banyak warga NU, selama ini tidak ada hubungan sama sekali," jelas salah satu kandidat Kuat Ketua Umum PBNU ini.

Oleh karena itu, upaya ini kemungkina besar akan dibahas di dalam Muktamar NU ke-32 di Makassar, Sulawesi Selatan. Diharapkan, bila konsolidasi dan komunikasi dengan para politisi yang ada di sejumlah partai politik bisa lancar, maka, kebutuhan memperkuat pera NU bisa terwujud.

"Para politisi dari NU diharapkan bisa mementingkan pendidikan politik, pencerahan kepada warga negara, bisa memberi pilihan yang lebih rasional. Kita mendorong politisi yang lebih berakhlak," tandas mantan Ketua Umum PB PMII ini.

Selain itu, para politisi, pengusaha dan birokrasi juga bisa memperjuangkan kepentingan para nahdliyin di bawah. "Bagaimana para politisi partai dalam menyusun anggaran lebih memihak rakyat. Sekarang ini kan para politisi NU banyak yang tidak ingat ke NU," ungkapnya.

Selain itu, perjuangan NU saat ini butuh penguatan di bidang politik. "Kita selama ini tak bisa menitipkan kebijakan kita. Contoh untuk komentari kebijakan pemerintah, kita ngomong sendiri, padahal kita tidak ingin terjun ke politik praktis," tegasnya.

Bagdja mengakui, pemikiran untuk menjalin komunikasi denga ketiga potensi ini semakin mempeluas pasaran NU dalam dunia politik.

"Kalau hanya perorangan tidak kuat, karena tetap saja kebijakan partai yang muncul. Suara anggota DPR belum kuat cerminkan aspirasi rakyat, tapi atas nama partainya. Kalau ada partai yang perjuangan itu lebih baik, dengan membuka komunikasi dengan warga NU di semua parpol," jelasnya.

Agar NU tidak dijadikan rebutan semua parpol, lanjut Bagdja, NU harus kuat. "Kalau dipakai rebutan, NU akan lemah. Makanya NU harus dikuatkan, praktiknya sekarang ini terkesan NU kacau balau. Perlu juga kekompakan para ulama," tandasnya.

Bagdja menambahkan, ujung tombak NU adalah para ulama melalui Dewan Suriah. "Ini penting meletakan kembali supremasi ulama dan revitalisasi ulama. Karena jati diri NU adalah ulama," ujarnya. (mad)


Terkait