PCNU Malang Berkurban Bersama Umat Hindu-Buddha Warga Tengger
Kamis, 11 Desember 2008 | 22:12 WIB
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Malang, Jawa Timur, memotong hewan kurban bersama warga Desa Ngadas, Poncokusumo, pada Rabu (10/12) lalu. Sebagian warga yang berada di sekitar lereng pegunungan Tengger itu adalah umat Hindu dan Buddha.
Mereka bersama-sama pengurus memotong 2 ekor sapi dan 9 ekor kambing. Daging kurban itu kemudian dibagikan kepada seluruh warga setempat yang sebagian besar tergolong fakir-miskin.<>
Hadir di antara mereka, Wakil Bupati Malang Rendra Kresna, Penjabat Sementara Rais Syuriyah PCNU KH Maftuh Said, Wakil Rais Syuriyah KH Abdul Haq, Sekretaris PCNU A. Mujib Syadzili, dan Ketua PCNU Solichin Mahfudz. Dalam kesempatan itu, Wakil Bupati ikut menyerahkan satu ekor kambing kurban yang cukup besar.
Gus Mujib—panggilan akrab Mujib Syadzili, mengatakan, kegiatan tersebut merupakan program rutin tiap tahun. Seperti halnya Idul Adha tahun sebelumnya, kali ini pun diikuti seluruh warga Desa Ngadas serta pedukuhannya, baik yang beragama Islam, Hindu, maupun Budha.
“Tanggapan positif seluruh warga Desa Ngadas sangat luar biasa. Beberapa tokoh setempat, baik dari tokoh Islam maupun Hindu. Bahkan, untuk memeriahkan kegiatan yang diselenggarakan PCNU, mereka sepakat libur berladang,” terang Gus Mujib.
PCNU memilih Ngadas sebagai tempat kegiatan, mengingat kawasan itu membutuhkan pemberian pemahaman Islam yang berkultur NU. Masyarakat setempat cukup komunikatif dengan budaya masyarakat Hindu Tengger.
Hal senada diungkapkan tokoh masyarakat setempat, Ma’ruful Kurfi. Ia mengaku haru atas kegiatan itu. Menurutnya, masyarakat setempat dari komunitas Hindu dan Budha tanpa disuruh dan diminta, secara sukarela membantu.
KH Maftuh Said berharap dengan adanya kegiatan itu memberi semangat baru pada minoritas umat Islam. “Sehingga lebih memantapkan akidah masyarakat Tengger pada umumnya dengan menjalankan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah ala NU,” tandasnya.
Suku Tengger adalah sebuah suku yang tinggal di sekitar Gunung Bromo, Jawa Timur Mereka menempati sebagian wilayah Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Malang.
Orang-orang suku Tengger dikenal taat dengan aturan dan agama Hindu. Mereka yakin merupakan keturunan langsung dari Majapahit. Nama Tengger berasal dari Legenda Roro Anteng dan Joko Seger yang diyakini sebagai asal usul nama Tengger, yaitu "Teng" akhiran nama Roro An-"teng" dan "ger" akhiran nama dari Joko Se-"ger".
Bagi suku Tengger, Gunung Brahma (Bromo) dipercaya sebagai gunung suci. Setahun sekali, masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo. Upacara itu bertempat di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara dan dilanjutkan ke puncak gunung Bromo. Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa. (rif)