Warta

PKB: Koalisi Parpol Islam Sangat Mungkin

Ahad, 14 Desember 2008 | 09:27 WIB

Yogyakarta, NU Online
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menilai, sangat memungkinkan partai politik (parpol) Islam di Tanah Air berkoalisi dan membentuk “Poros Tengah Jilid Dua”. Namun, wacana ‘koalisi alternatif’ yang digagas Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin itu belum bisa diwujudkan bila koalis utamanya belum ada.

"(Poros Tengah Jilid Dua) itu sangat mungkin. Tapi, sekarang ini poros utamanya saja belum. Masa sudah ada poros tengah," kata Muhaimin kepada wartawan usai pembukaan Silaturahmi Nasional Alim Ulama NU-PKB di Hote Quality Jalan Solo-Yogyakarta, Ahad (14/12).<>

Dia menjelaskan, pada Pemilu 2009 nanti sangat dimungkinkan munculnya koalisi baru. Calon presiden (capres) yang akan muncul juga tidak dari 3 orang dengan masing-masing mengantongi 20 persen suara. Dengan demikian yang akan muncul juga 3 poros koalisi.

"Semuanya akan menjadi kekuatan. Mereka akan saling melihat dan menghitung. Masih mencari sinyal dan gelombang yang sama. Paling cepat Februari 2009 akan kelihatan," kata Wakil Ketua DPR RI itu.

PKB, katanya, sampai sekarang belum memunculkan nama atau capres yang bakal diusungnya. Para kiai PKB masih terus merumuskan kriteria capres yang layak. Namun, bila suara PKB memenuhi 20 persen, akan mengusung capres sendiri.

"Kalau suara kita kurang akan koalisi. Sampai saat ini belum ada dan masih menginventarisasi. Tim masih terus akan menggodoknya," pungkas dia.

Pertemuan kader dan para kiai NU-PKB di Yogyakarta itu, salah satu agendanya masalah golput. Para kiai yang hadir, di antaranya, KH Dimyati Rois, KH Mukhlas Dimyati, KH Muslih Abdullah, KH Ali Maschan Moesa, KH Said Agil Siradj, KH Munif Muslih, Habib Lutfi, KH Zamakhsyari, dan lain-lain.

"Hingga akhir tahun 2008 ini, PKB terus melakukan konsolidasi di daerah-daerah terutama untuk menghadapi pemilu. Semua harus dipersiapkan dari sekarang," kata Muhaimin.

Menurut dia, pertemuan itu sebagai sarana menguatkan kembali hubungan NU dan PKB sebagai wujud dari keputusan politik PKB untuk kembali ke Khittah 1998, yaitu PKB sebagai alat perjuangan politik NU dan ulama. Hubungan antara NU dan PKB akan terus diharmoniskan setelah MLB PKB di Ancol dan forum silaturahmi nasional sebelumnya.

"Ada banyak agenda yang mendesak untuk dibahas oleh para kiai di antaranya kriteria capres yang layak menurut PKB, masalah golput dan seruan kepada umat Islam untuk tidak memilih partai Islam yang kecil-kecil," ungkapnya. (dtc)


Terkait