Warta

Remaja Puteri Madinah Suka Bercerita, Menolak Difoto (1)

Rabu, 13 Oktober 2010 | 15:12 WIB

Madinah, NU Online
Madinah sebagai kota Rasulullah SAW memiliki ciri khas tersendiri dibanding kota-kota lain di Arab Saudi. Penduduk kota Madinah terkenal sebagai penduduk yang ramah dan mudah akrab. Penduduk di kota Madinah memiliki kebiasaan saling menyapa dan mengucapkan salam ketika bertemu dan berpapasan. Tak heran jika dengan mudah kita dapat akrab bercengkerama dengan penduduk Madinah.


Jangankan para pedagang yang berharap menarik keuntungan materi dari keramahan dengan para pendatang dan peziarah, para penduduk yang berprofesi lain pun memang ramah. Bahkan para asykar dan syurtoh (penjaga dan polisi) di Madinah pun cenderung lebih ramah. Konon, banyak yang bilang keramahan ini karena Madinah senantiasa 'ditunggui' Rasulullah SAW. Dan memang kepercayaan ini masih banyak melekat pada penduduk Madinah.


Wisma Haji Indonesia di Ma<>dinah yang merupakan kantor pusat urusan haji pemerintah Indonesia di Madinah membuktikan keramahan penduduk Madinah ini, Pagi ini, Rabu 13 Oktober 2010. Wisma haji yang diapit oleh dua Madrasah, membuat halaman depan hampir selalu dipenuhi oleh anak-anak sekolah yang asyik bermain dan bercanda. Pada saat istirahat panjang dan menjelang pulang, anak-anak pelajar Madinah ini selalu bermain-main di taman-taman seputar Wisma.

ADVERTISEMENT BY OPTAD


Anak-anak ini berbicara dengan keras dan cepat, meskipun mereka adalah remaja puteri (mungkin memang sudah lahjah/logat anak-anak Madinah berbicara keras). Mereka dapat sekonyong-konyong mengucapkan salam kepada seseorang yang lewat, meskipun misalnya sedang asyik berdebat dengan temannya.  Tentu saja mereka akan segera tanggap membalas salam, bila kita mencoba menyapanya.  Menyebutkan nama dengan riang bila kita mengejaknya berkenalan. Tapi tunggu dulu, jangan pernah mencoba mengulurkan tangan untuk bersalaman, bila lawan bicara kita berbeda jenis.


Bila secara refleks kita mengulurkan tangan saat berkenalan, maka sebelum berkedip, kita akan mendapati mereka telah melenggang meninggalkan pembicaraan, meskipun misalnya bila Anda adalah seorang pria dewasa dan lawan bicara anda hanyalah seorang gadis kecil berumur 8-10 tahun.


Ibarat burung-burung merpati selalu menyemarakkan dan meneduhkan suasana kota Madinah, mereka seakan-akan sangat jinak dan menunggu untuk uluran tangan untuk dibelai. Namun  ternyata tidak seperti kelihatannya yang jinak, burung-burung ini akan segera berhamburan beterbangan bila kita melakukan gerakan yang dianggapnya tidak wajar. Mereka tidak akan mau mendekat meskipun kita menyebarkan biji-bijian, tidak lagi mendekat hingga mereka mulai yakin bahwa kita tidak akan menangkapnya. JInak-jinak merpati, biar jinak susah didekati.


Begitupun  gadis-gadis kecil ini, mereka suka bercanda dan berdekat-dekat dengan kita. Menyapa, berbicara dan menanyakan apa saja sesuai keinginan mereka.  Dengan gaya bahasa sesukanya, seakan dianggapnya kita berbicara bahasa Arab sepandai mereka, mereka akan mengatakan keinginan-keinginan dan pertanyaanya dengan cepat dan lantang, sembari seakan tak sabar menunggu jawaban dari kita. Padahal pada saat yang sama, otak kita sedang bekerja keras berusaha memahami apa maksud kata-kata yang keluar beruntun dari mulutnya.

ADVERTISEMENT BY OPTAD


Bila kita mencoba bertanya kepada salah satu dari mereka, saling dorong saling rebut perhatian dan saling adu keras suara pun keluar dari mulut mereka.  dengan sebuah pertanyaan, "Kelas berapa?" Mereka kemudian berlomba-lomba menceritakan suasana di kelasnya masing-masing setelah adu kencang menyebutkan angka yang merujuk pada kelasnya masing-masing.  (min/bersambung)


Terkait