Jakarta, NU Online
D Zawawi Imron dikalungi serban warna hijau oleh Katib Aam PBNU KH Malik Madany, beberapa saat sebelum menyampaikan Pidato Kebudayaan yang digelar PBNU, di lantai 8 gedung PBNU, Jakarta, Rabu malam (28/3).
Zawawi yang konsisten mengenakan kopiah hitam ala kiai NU itu, kemudian dipeluk Katib AAm, diiringi tepuk tangan dari 300-an hadirin yang memenuhi ruangan itu. Penyair kelahiran Batang-Batang, Madura, tahun 1945 itu kemudian menyampaikan pidato berjudul “Menimba Ilham Vitalitas dari Nilai-nilai Pesantren.”
<>
Zawawi menekankan bahwa nilail-nilai pesantren harus tetap dipertahankan seperti kejujuran, kesederhanaan, kebersamaan, kedamaian, dan sopan santun. “Tetapi juga pesantren harus menerima nilai-nilai baru yang sesuai dengan kepribadian pesantren, al-Muhafadlatu bil qodimi shalih wal akhidu bil jadidi aslah,” ujarnya.
Pidato kebudayaan selama 83 menit itu berlangsung santai, sebagaimana pidato kiai-kiai NU. Kadang diiringi tepuk tangan, dan ketawa hadirin, tapi sekali waktu hadirin juga terpana, menggeleng-geleng takjub akan subtansi pidato penyair berjuluk Celurit Emas tersebut.
Zawawi sempat membacakan beberapa syair pesantren karya Al-Zarnuji, Imam Syafi’i, Muhammad Iqbal, puisi-puisi karyanya: Ibu, Sungai Kecil, Zikir. Ia juga membaca syiir Bugis, Minang dan Jawa karya Ronggowarsito, dan sempat menirukan pidato Bung Karno yang berjudul Vivere Pericoloso dengan berapi-api.
Hadirin seperti dihadapkan pada pertunjukan yang menarik,” Hadirnya Zawawi di tengah-tengah kita, itu adalah karya tersendiri,” komentar pembawa acara Pidato Kebudayaan, Alex Komang, selepas acara.
Pidato kebudayaan yang pertama kali digelar PBNU tersebut dalam rangka peringatan hari lahir ke-50 tahun Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) Nahdlatul Ulama yang didirikan di Bandung tahun 1962.
Hadir pada kesempatan itu, Ketua PBNU H Iqbal Sullam, Wasekjend PBNU Abdul Mun'im DZ, Wakil Katib Am Yahya C. Tsaquf, Ketua Lajnah Falakiyah NU KH A. Ghazalie Masroeri, Ketua Lazisnu KH Masyhuri Malik, dan beberapa jajaran PBNU lainnya. Selain itu, hadir pula Wakil Ketua MPR Lukman Hakim Saifuddin, Ketua LP Maarif NU H Masduki Baidlawi, Koordinator Gusdurian Alissa Wahid.
Para sastrawan yang hadir diantaranya, Ahmad Tohari dan Jamal D. Rahman. Keduanya menyampaikan kesaksian akan kebesaran penyair yang mendapat berbagai penghargaai dari dalam dan luar negeri ini. Selain itu, hadir pula para aktivis dan warga NU.
Redaktur: Mukafi Niam
Penulis : Abdullah Alawi