Warta

Suasana di Al-Munawwir Krapyak Yogya, Santri Sudah Pakai Lap Top

Ahad, 27 Maret 2011 | 02:03 WIB

Yogyakarta, NU Online
Suasana santri di Pesantren Al-Munawwir Krpayak, Yogyakarta makin terasa ketika pesantren warisan mantan Rais Aam PBNU KH Ali Ma’shum ini ditempati sebagai hajatan besar tahunan ‘Rapat Pleno’ yang digelar oleh PBNU.

Di pesantren ini sejak Sabtu (26/3) pagi kemarin sudah berdatangan para kiai sepuh NU dari berbagai daerah di Indonesia. Misalnya ada KH Chalid Mawardi, Prof KH Chtibul Umam, KH Abdul Muhaimin Zein, KH Turmudzi Bahruddin (NTB) dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan namanya satu-persatu.

Yaitu sebag<>aimana kehidupan di pesantren, para kiai dan peserta Rapat Pleno sekitar 200 orang ini sejak awal sudah mengetahui jika dirinya menuju pesantren dari rumah masing-masing. Karena itu begitu sampai di Krapyak, tidak kaget jika para kiai tersebut harus istirahat di satu kamar 4 orang, bareng dengan para kiai atau peserta yang lain.

Demikian pula mandinya. Mereka begitu masuk kamar sudah disediakan satu tas, yang berisi: gayung, sabun, pasta gigi, sampo, handuk, satu kasur, satu bantal dengan  sarungnya yang berwarna putih dll. Panitia memang sudah menyiapkan satu kamar untuk 4 orang.

Para kiai itu pun mesti mandi sperti ketika dulu beliau itu mondok di pesantren-pesantren. Yaitu, apa adanya, namun di Krapyak ini masih bagus; airnya lancar, bersih dan tidak harus berantri panjang, karena kamar mandinya banyak, juga WC-nya. “Jadi, ya beginilah suasana santri ini penuh kekeluargaan, kesederhanaan, apa adanya, ikhlas dan tidak neko-neko,” ujar KH Turmudzi singkat.

Makan pun begitu. Para kiai santri harus antri dan tinggal pilih; mau sarapan roti plus telur dengan susu, teh manis, kopi jahe, air putih dll. Atau mau makan nasi, juga tinggal memilih.  Untuk urusan konsumsi ini tampaknya tidak sulit.

Sebab, kalau pun mau mencari makanan yang lezzat, juga tinggal jalan kaki untuk mencari makanan sesuai selera, di mana di depan jalan raya pesantren ini sudah banyak warung-warung yang menyediakan aneka menu makanan dan minuman yang lezat.

Rapat-rapat panitia pun dilakukan dengan lesehan di masjid atau di rumah kiai. Sehingga praktis semua dilakukan dengan sederhana ala pesantren. Bahkan  rapat pleno juga dilakukan dengan lesehan.

Hanya saja kini agak modern, jika harus dibilang demikian. Mengapa? Di Pesantren Krapyak ini, internet sudah tersambung dengan baik. Karena itu bagi yang membawa Lap Top, tinggal klik saja, maka jaringan internet gratis akan tersambung. Selain ada warnet yang ada di depan pesantren.

Bahkan para santri pun, ketika belajar sudah selesai di malam hari, mereka yang berasal dari berbagai daerah ini, mungkin orang tuanya mampu, secara bergerombol mereka menggunakan Lap Top dan main game seperti balap mobil, motor, perang-perangan dan sebagainya. “Ya, boleh main game kalau sudah selesai belajar di malam hari,” kata Shodiq, siswa kelas 1 SMP asal Cilacap, Jawa Tengah ini polos.

Persoalan apakah penggunaan Lap Top dengan jaringan internet ini akan berdampak positif atau negative? Tentu harus dikaji lebih mendalam khususnya di lingkungan pesantren, di mana anak-anak adalah sedang tumbuh dan senang-senangnya bermain game. (amf)


Terkait