Daerah

Kiai Mu'afa, Pernah Jadi Sopir Ulama

Sabtu, 26 Januari 2013 | 10:00 WIB

Pamekasan, NU Online
Duka mendalam masih dirasakan keluarga besar Pesantren Kebun Baru, Kacok, Palengaan. Kewafatan KH Ach Mu'afa Syafi'i Kamis 24 Januari, menyisakan perih jiwa tak terkira. Masyarakat Pamekasan masih diliputi rasa sedih tak tertahankan.
<>
Kiai Mu'afa, merupakan tipikal sosok kiai kharismatik. Ilmunya tertakar di belantara Nusantara. Bahkan, menembus batas teritorial negara hingga ke Mekkah.

Setelah empat tahun di Mekkah, Kiai Mu'afa menetap di kediaman Syaikh Ismail Al-Yamani. Tugasnya semakin bertambah. Sejak tahun 1987 sampai Kiai Mu'afa boyong pada tahun 1990, Syaikh Isma'il menjadikannya sebagai sopir pribadi. 
Untuk diketahui, Kiai Mu'afa mengawali perjalanan hidupnya dengan mengaji kepada ayahandanya, KH Moh Asy'ari. Setelah itu, ia melanjutkan petualangannya dalam mencari ilmu dengan masuk Sekolah Dasar dan madrasah milik ayahandanya. Itu, ditempuhnya selama 6 tahun.

"Setelah tamat SD dan MI, dalam sejarahnya, beliau ingin melanjutkan pendidikannya di sekolah umum, tetapi sang ayah tidak merestui. Lalu, Ponpes Sidogiri menjadi pilihan dalam pelabuhan ilmu agama bagi beliau," tutur H Muhammad Ali Wafa, Ketua II Bidang Madrasiyah Kebun Baru.

Dikatakan, awal mula Kiai Mu'afa menginjakkan kaki di Sidogiri ialah tahun 1973 M. Ketika itu, ia diterima di kelas enam Ibtidaiyah, setelah mengikuti tes layak masuk. Setamatnya kelas enam Tsanawoyah, ia menjadi utusan reguler mengajar setahun di Desa Baddian Tamanan Bondowoso, sebagai bentuk penerapan ilmu yang telah dipelajari selama di Sidogiri.

Setelah menjalankan tugas di Baddian, Kiai Mu'afa masih melanjutkan pendidikannya di Sidogiri dengan masuk Kuliah Syariah. Dalam menjalankan kewajiban sebagai santri, Kiai Mu'afa sangat antusias dalam segala bidang.

"Sehingga, tak selang beberapa lama, beliau diangkat sebagai Ketua Ikatan Keluarga Santri Madura (IKSMA) pada 1981-1982. Kemudian pada 1983-1984, beliau diangkat menjadi wakil kepala MMU Ibtidaiyah," beber KH Ahmad Asir, Ketua Lembaga Pengembangan Pertanian NU Pamekasan.

Menurut pria yang banyak tahu sepak terjang Kiai Mu'afa ini, pada 1984, Kiai Mu'afa boyong dari Sidogiri dan langsung ke Mekkah, tanpa pulang ke rumah terlebih dahulu untuk melanjutkan pendidikannya.

"Selama di Mekkah, beliau menetap di kediaman Syaikh Ismail Al Yamani sekitar tujuh tahun."

Dalam usaha menggapai cita-cita yang luhur, selama di Mekkah, tambahnya, Kiai Mu'afa juga berguru kepada Syaikh Mohammad Alawi Al-Maliki. Dari Syaikh inilah, Kiai Muafa mendapat ijazah plus Sanad Kitab Kutub as-Sittah.

"Selain itu, beliau juga berguru kepada Syaikh Abdullah al-Lahji, Syaikh Abdullah Dardumzn dan Syaikh Yasin Al-Fadani. Dari ketiga ulama tersebut, beliau lebih banyak mengambil ilmu Nahwu," tukasnya. 


Redaktur     : Hamzah Sahal 
Kontributor : Hairul Anam