Jakarta, NU Online
Penyintas Covid-19 di DKI Jakarta menceritakan pengalamannya selama menjalani karantina mandiri karena Covid-19 beberapa waktu yang lalu. Salah seorang kiai di Nahdlatul Ulama (NU) ini mengaku memiliki gejala Covid-19 setelah pulang dari kampung halaman di Pati, Jawa Tengah karena sang ayah meninggal dunia.
Di kampungnya itu, masyarakat cenderung abai terhadap protokol kesehatan, tak menggunakan masker, tidak menjaga jarak, dan tetap bersalaman meski hal itu dilarang oleh para ahli kesehatan. Kiai yang enggan disebutkan namanya ini, tidak bermaksud menyalahkan masyarakat tetapi realitas itulah yang diterima. Bahwa dirinya dinyatakan positif Covid-19 setelah pulang dari Jawa Tengah.
Menurutnya, orang yang dinyatakan positif Covid-19 di lingkungan keluarga besarnya bukan saja dia semata. Namun, istri dan kedua anaknya pun terkonfirmasi positif. Bahkan, kakak ipar yang juga hadir di acara duka tersebut meninggal dalam keadaan positif Covid-19, dua minggu setelah pertemuan dengan keluarga besar.
“Tapi memang kalau beliau (almarhum kakak ipar) mengalami masalah pernafasan. Jadi, setelah saya lihat, rata-rata yang rentan dan berisiko tinggi itu mereka yang bermasalah di pernapasan. Kalau tidak punya masalah itu kebanyakan bisa kembali normal dengan waktu yang relatif cepat,” ujara dia kepada NU Online, Rabu (16/12).
Kiai ini menceritakan, dirinya dinyatakan positif Covid-19 pada 23 Nopember 2020 lalu setelah dikonfirmasi positif oleh dokter. Dia dan keluarga melakukan karantina mandiri di kediamannya.
Gejala yang dia rasakan yakni hilang penciuman, badan pegel linu, dan badan meriang ringan. Dokter, katanya, mengizinkan dia melakukan isolasi mandiri karena masih termasuk kategori Orang Tanpa Gejala (OTG).
“Waktu itu hanya minyak kayu putih yang ke cium, yang lainnya sama sekali gak ada penciumannya. Sebelum dinyatakan Covid-19 saya terkadang lupa bermasker, tapi sekarang saya pakai masker terus. Jadi, menurut saya memang masker ini sangat mempengaruhi, jika tak mau tertular harus pakai masker ke mana-mana,” bebernya.
Dia pun berbagi pengalamannya bisa sembuh dari Covid-19. Menurut dia, seperti pernyataan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj yang menyebut Covid-19 bukanlah aib. Karenanya, tidak merasa penyakit Covid-19 sebagai sesuatu yang harus ditutupi dan terlalu ditakuti. Yang paling penting, kata dia, berikhtiar lahir dan batin agar terhindar dari Covid-19.
Di antara usaha yang bisa dilakukan adalah istirahat yang cukup (tidur), rileks, dan makan yang teratur. Tentunya, ditambah konsumsi makanan yang sehat dan makan buah-buahan. Karena hal itu pengaruhnya sangat besar terhadap imun tubuh.
Selain itu, lanjutnya, di lingkungan rumah harus sering disemprot cairan disinfektan agar terhindar dari bakteri berbahaya. Baju dan pakaian-pakaian yang digunakan sebaiknya segera dicuci bersih agar tak memunculkan dampak baru bagi lingkungan rumah.
“Jadi paling itu tipsnya, makan sehat yang teratur dan istirahat terutama tidur harus dipaksa, Karena ada oran yang terpapar, dia tidak mau makan. Dan itu sangat bahaya buat tubuhnya,” katanya.
Tips lain misalkan berjemur secara rutin pukul 10.00 WIB agar tubuh terasa segar. Hal ini menurutnya bisa mempercepat kesembuhan seseorang dari Covid-19.
“Dan alhamdulillah pada Sabtu 7 Desember 2020 saya dinyatakan sembuh dari Covid-19. Pesan saya buat semuanya, jangan sepelekan protokol kesehatan, Covid-19 itu ada. Kita wajib melindungi diri kita,” tutupnya.
Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Syamsul Arifin