Rabiul Akhir: Asal-usul Penamaan dan Peristiwa Penting di Dalamnya
Rabu, 27 November 2019 | 11:00 WIB
Sistem pananggalan lunar (qamariyah) sudah digunakan sejak zaman Jahiliyah meski dengan nama-nama bulan yang mungkin berbeda. (Ilustrasi: NU Online/Suwitno)
M. Tatam Wijaya
Kolomnis
Rabiul Akhir atau Rabi‘uts Tsani merupakan bulan ke-4 dalam kalender Hijriah atau penanggalan berbasis bulan (lunar calendar), tepatnya setelah Rabiul Awwal, sebelum Jumadal Ula.
Pada zaman Jahiliyah, bulan Rabiul Akhir ini disebut dengan bulan Wubshan atau Wabshan. Bulan Rabiul Awwal disebut dengan bulan Khawwan atau Khuwwan. Sedangkan bulan Jumadil Ula disebut dengan al-Hanin. (Lihat: Abu Bakar Muhammad, Jamhartul Lughah, [Beirut: Darul ‘Ilmi] 1987, jilid 3, hal. 1311).
Yang pertama memberi nama bulan Rabiul Akhir menurut satu pendapat adalah buyut kelima Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yakni Kilab bin Murrah. Penamaan itu tidak terlepas dari peristiwa alam musim rabi‘ atau musim semi yang terjadi di Jazirah Arab. Pada musim itu rerumputan menghijau, tanaman tumbuh subur, dan pepohonan banyak yang berbuah.
Umumnya musim itu terjadi selama dua bulan. Sehingga nama ini pun disematkan kepada dua bulan terjadinya musim tersebut, yang sekarang dikenal dengan Rabiul Awwal dan Rabiul Akhir. Selain menjadi nama bulan, kata rabi‘ juga menjadi nama musim di antara enam musim yang ada, yaitu ar-rabi al-awwal (musim semi pertama), shaif (musim panas), qaizh (puncak musim panas), al-rabi‘ al-tsani (musim semi kedua), kharif (musim gugur), dan syitha (musim dingin). Demikian yang dikemukakan oleh Abu al-Ghauts. (Lihat: Lisanul ‘Arab, jilid 8, hal. 103).
Masyarakat Arab sendiri selalu menagawali penyebutan nama ini dengan kata syahr yang berarti ‘bulan’. Sementara pengucapannya bisa dua versi, yaitu syahru rabi‘in al-akhir, bisa juga syahru rabi‘il akhir, dengan idhafat. (Lihat: Ahmad ibn Muhammad, al-Mishbahul-Munir [Beirut: al-Maktabah al-‘Ilmiyyah), jilid 1, hal. 216).
Beberapa peristiwa besar yang terjadi pada bulan Rabiul Akhir di antaranya adalah turunnya Surat al-Hasyr (pengusiran). Turunnya surat tersebut dilatarbelakangi oleh upaya pembunuhan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang dilakukan oleh kaum Yahudi bani Nadhir. Merekalah kaum yang pertama dikumpulkan dan diusir dari Madinah. Demikian sebagaimana yang disebutkan dalam salah satu ayatnya, “Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama, (QS al-Hasyr [59]: 2); Dan jika tidak karena Allah telah menetapkan pengusiran terhadap mereka, benar-benar Allah mengazab mereka di dunia. Dan bagi mereka di akhirat azab neraka, (QS al-Hasyr [59]: 3). (Lihat: Abu Muhammad ‘Ali, Jawami‘ al-Sirah [Kairo-Mesir: Darul Ma ‘arif], 1900, jilid 1, hal. 145).
Peristiwa berikutnya adalah pengutusan Khalid ibn al-Walid oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Bani al-Harits ibn Ka‘b. Berkat perjuangan Khalid, mereka masuk Islam di hadapannya. Peristiwa itu berlangsung pada bulan Rabiul Akhir 10 Hijriah.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua