Internasional

Ponte BJ Habibie di Dili: Jembatani Persahabatan Indonesia dan Timor Leste

Rabu, 19 Maret 2025 | 21:00 WIB

Ponte BJ Habibie di Dili: Jembatani Persahabatan Indonesia dan Timor Leste

Potret penulis di Ponte Presidente BJ Habibie di Dili, Timor Leste. (Foto: dokumentasi pribadi)

Dili, NU Online

Butuh waktu setengah jam dari tempat tinggalku untuk sampai Ponte Presidente BJ Habibie di Suco Bidau Santana, Dili, ibukota Timor Leste. Ponte merupakan bahasa Tetun, bahasa lokal Timor Leste, yang berarti jembatan.


Ponte Presidente BJ Habibie bukan sekadar infrastruktur penghubung dua daerah yang terpisah Sungai Comoro, tetapi juga menjadi simbol rekonsiliasi dan kerja sama yang menjembatani persahabatan Timor Leste dan Indonesia. Nama Presiden Ketiga Republik Indonesia yang diambil sebagai nama jembatan tersebut juga sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan warga Timor Leste kepada Habibie karena peranannya yang signifikan dalam pembangunan negeri tersebut, khususnya pada masa transisi untuk mencipta perdamaian dan stabilitas.


“Jembatan BJ Habibie di Timor Leste adalah sebuah jembatan yang dibangun sebagai penghargaan untuk mantan Presiden Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie, yang memiliki kontribusi besar dalam hubungan antara Indonesia dan Timor Leste, terutama dalam masa transisi setelah referendum kemerdekaan Timor Leste pada tahun 1999,” kata Ustadz Khulail, Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Timor Leste, yang menemaniku mengunjungi tempat tersebut pada Sabtu (15/3/2025).


Pembangunan jembatan ini dimulai pada tahun 2002, setelah Timor Leste merdeka dan menjadi negara yang terpisah dari Indonesia. Pemerintah Indonesia, dalam hal ini melalui kerja sama dengan Timor Leste, turut mendukung pembangunan infrastruktur penting di negara baru tersebut sebagai bagian dari proses pemulihan dan rekonstruksi pasca-konflik.


Jembatan dengan panjang 78 meter dan lebar 11,5 meter itu baru diresmikan pada 28 Agustus 2019 dengan penandatanganan prasasti oleh Jose Ramos-Horta dan pengguntingan pita oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Republik Indonesia Basuki Hadimuljono.


Pembangunan jembatan ini juga merupakan bagian dari upaya untuk mempererat hubungan antara kedua negara setelah peristiwa referendum yang menyebabkan Timor Leste memisahkan diri dari Indonesia pada tahun 1999. Meskipun hubungan kedua negara sempat tegang setelah referendum, BJ Habibie dikenal sebagai salah satu tokoh yang berperan dalam memfasilitasi peralihan yang damai, meskipun tidak langsung. Sebagai seorang Presiden Indonesia pada masa itu, ia menerima hasil referendum yang memberikan kemerdekaan kepada Timor Leste, meskipun dengan tantangan dan kesulitan yang besar.


BJ Habibie memainkan peran penting dalam transisi Indonesia-Timor Leste. Ketika masih menjabat sebagai Presiden Indonesia pada tahun 1999, Habibie memutuskan untuk mengadakan referendum untuk menentukan apakah Timor Leste ingin tetap menjadi bagian dari Indonesia atau merdeka. Meskipun referendum tersebut berujung pada kemerdekaan Timor Leste, keputusan Habibie untuk tidak menghalangi proses demokratis ini berkontribusi pada tercapainya kemerdekaan Timor Leste secara damai, meskipun dengan konsekuensi yang cukup berat pada saat itu.


Setelah pengumuman hasil referendum yang menunjukkan keinginan mayoritas rakyat Timor Leste untuk merdeka, BJ Habibie memilih untuk tidak menunda proses tersebut, meskipun ada perlawanan dari beberapa pihak di dalam negeri. Keputusannya tersebut dilihat sebagai langkah yang mendorong perdamaian dan stabilitas di wilayah tersebut.


Kontributor: Abdul Fatah, dai Go Global LD PBNU penugasan Timor Leste