Jatim

Jangan Sembarangan Menyerahkan Urusan Agama Bukan kepada Ahlinya

Rabu, 11 Mei 2022 | 11:35 WIB

Jangan Sembarangan Menyerahkan Urusan Agama Bukan kepada Ahlinya

Belajar agama secara tatap muka kepada ahlinya (talaqqi) menjadi syarat utama dalam memahami ilmu agama (Foto:NOJ/pzhgenggong)

Di zaman yang serba canggih ini segala disiplin keilmuan dengan mudah diakses melalui internet, sehingga tak pelak banyak bermunculan orang yang mendadak menjadi pakar agama dengan berbekal pengetahuan melalui dunia maya saja. Ironisnya bila ditelisik lebih lanjut ternyata dia tidak pernah mengenyam pendidikan agama, apalagi memiliki kapasitas di bidang itu. Mereka hanya bermodalkan ketenaran belaka tanpa pernah belajar agama secara tuntas. Hal ini diperingatkan dalam hadits Riwayat Tabrani: 
 

قَالَ أَبُو أَيُّوبَ لِمَرْوَانَ بْنِ الْحَكَمِ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا ‌تَبْكُوا ‌عَلَى ‌الدِّينِ إِذَا وَلَّيْتُمُوهُ أَهْلَهُ وَلَكِنِ ابْكُوا عَلَيْهِ إِذَا وَلَّيْتُمُوهُ غَيْرَ أَهْلِهِ رواه الطبراني 

 

Artinya: Abu Ayyub al-Ansari  berkata kepada Marwan bin Hakam , bahwa Rasulullah bersabda: jangan engkau tangisi agama ini (Islam) apabila engkau menyerahkan kepada ahlinya (ulama), akan tetapi menangislah apabila agama ini engkau serahkan kepada orang yang bukan ahlinya.
 

Hadits tersebut berasal dari ucapan Abu Ayyub Al-Ansari yang menangis di samping makam Nabi Muhammad kepada Marwan bin Hakam. Redaksi lengkapnya sebagai berikut: 
 

عَنْ دَاوُدَ بْنِ أَبِي صَالِحٍ قَالَ: أَقْبَلَ مَرْوَانُ يَوْمًا فَوَجَدَ رَجُلًا وَاضِعًا وَجْهَهُ عَلَى الْقَبْرِ فَقَالَ: أَتَدْرِي مَا تَصْنَعُ؟ فَأَقْبَلَ عَلَيْهِ فَإِذَا هُوَ أَبُو أَيُّوبَ فَقَالَ: نَعَمْ جِئْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  وَلَمْ آتِ الْحَجَرَ، سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ  صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  يَقُولُ: ‌لَا ‌تَبْكُوا ‌عَلَى ‌الدِّينِ إِذَا وَلِيَهُ أَهْلُهُ وَلَكِنِ ابْكُوا عَلَى الدِّينِ إِذَا وَلِيَهُ غَيْرُ أَهْلِهِ (رَوَاهُ أَحْمَدُ، وَالطَّبَرَانِيُّ فِي الْكَبِيرِ وَالْأَوْسَطِ وَفِيهِ كَثِيرُ بْنُ زَيْدٍ، وَثَّقَهُ أَحْمَدُ وَغَيْرُه وضعفه النسائي وغيره)
 

Artinya: Dari Daud bin Abi Salih, ia berkata, suatu hari Marwan mendapati seseorang yang meletakkan kepalanya di atas makam, lalu Marwan bertanya: “apakah engkau mengetahui apa yang sedang engkau lakukan? Marwan melangkah menghampirinya, ternyata orang itu adalah Abu Ayyub al-Ansari. Abu Ayyub menjawab: “iya, saya menziarahi (makam) Rasulullah, bukan mendatangi batu nisan, saya mendengar Rasulullah bersabda: “jangan engkau tangisi agama ini apabila ditangani oleh ahlinya (ulama), akan tetapi menangislah apabila ditangani oleh bukan ahlinya.” 
 

Bila dicermati lebih lanjut, maka hadits ini mengandung arti bahwa apabila ingin bertanya persoalan keagamaan atau menyerahkan urusan keagamaan, maka sebaiknya langsung kepada ahlinya (ulama), sebab apabila persoalan yang berkaitan dengan keagamaan seperti akad nikah, perceraian, penetapan awal Ramadan dan idul fitri, diserahkan kepada orang yang tidak berkompeten, maka kehancuran agama akan semakin nyata.
 

Oleh karena itu dalam muqaddimah Qanun Asasi hlm 25, Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari meletakkan hadits ini secara berurutan sebagai penegas akan pentingnya mempelajari ilmu melalui guru yang jelas sanad ilmu agamanya:
 

فانْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِينَكُمْ إِنَّ ‌بَيْنَ ‌يَدَيِ ‌السَّاعَةِ ‌كَذَّابِينَ ,‌لَا ‌تَبْكُوا ‌عَلَى ‌الدِّينِ إِذَا وَلِيَهُ أَهْلُهُ وَلَكِنِ ابْكُوا عَلَى الدِّينِ إِذَا وَلِيَهُ غَيْرُ أَهْلِهِ  
 

Artinya: (Ilmu itu agama), maka selektiflah dari siapa kamu mempelajari agama, Sesungguhnya di antara tanda dekatnya kiamat adalah banyak bermunculan penipu, jangan kau tangisi apabila agama telah diserahkan kepada ahlinya, akan tetapi menangislah apabila agama diserahkan kepada bukan ahlinya.
 

Dari sini sangat jelas pentingnya mencari guru yang jelas sanad keilmuan dan memiliki kompetensi di bidang agama, kemudian menuntut ilmu hingga tuntas kepadanya. Tidak bisa instan. Tentu ini menjadi persoalan tersendiri mengingat di era digital banyak masyarakat yang mencukupkan diri belajar dari dunia maya saja tanpa berusaha belajar agama secara tatap muka dengan gurunya.