Nasional

Agus Sunyoto Jelaskan Makna Karomah Al-Qur'an bagi Bangsa Indonesia

Sabtu, 15 Desember 2018 | 10:15 WIB

Jombang, NU Online
Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) PBNU KH Ng Agus Sunyoto menyebutkan bahwa Al-Qur'an punya nilai keramat yang oleh masyarakat Indonesia lebih dikenal sebagai sebuah kekhususan Al-Qur'an. Sehingga dalam memahami unsur 'kegaiban' dalam Al-Qur'an, orang Indonesia dan bangsa Arab memiliki cara pemahaman yang berbeda. 

"Akibatnya, orang Indonesia banyak menggunakan ayat Al-Qur'an tidak hanya untuk dibaca dan ditulis saja. Tapi juga untuk tujuan lain seperti ingin kebal bacok dan kebal peluru, lalu membaca ayat Al-Qur'an tertentu," katanya saat mengisi kongkow kebudayaan memahami keramat quraniyah di Indonesia di Pesantren Kiyai Mojo, Jombang, Jawa Timur, Sabtu (15/12) pagi.

Dikatakannya, karomah Al-Qur'an bisa dibuktikan sampai saat ini oleh banyak orang di pulau Jawa. Namun sayangnya, tidak semua orang memahami hal tersebut karena tingginya tingkat kesulitan untuk membuatnya 'masuk akal'. 

Agus menilai, masyarakat di Indonesia telah memiliki kebudayaan yang luhur dan tata pemerintahan resmi jauh sebelum Islam datang. Itulah salah satu penyebab bangsa Indonesia memiliki cara tersendiri dalam memahami Al-Qur'an.

Ia menyebutkan, pada abad 1 Masehi orang Indonesia telah mampu menciptakan sebuah kalender berdasarkan hitungan bulan dan matahari. Abad 6 Masehi Indonesia punya aksara sendiri, tertulis di dalam prastasti. Bahkan pada abad 7 Masehi kapal kerajaan Sriwijaya sudah dilengkapi penunjuk arah bernama pedoman dengan bahan utama jarum. 

Agus menyontohkan kemajuan Indonesia dengan sebuah perumpamaan; Saat bangsa Arab masih menggunakan cara yang terbilang kuno, bangsa Indonesia sudah melakukan banyak hal dengan lebih 'maju'. Sementara masyarakat Arab masih tidak memiliki sistem pemerintahan yang sistematis Nusantara telah memilikinya bahkan telah memiliki angkatan laut. Dari latar belakang kemajuan yang telah dimiliki Indonesia saat itu, Agus berkeyakinan, pemahaman bangsa Indonesia akan unsur gaib dan karomah dalam Al-Qur'an adalah buah dari pemahaman bangsa Indonesia yang maju terhadap teks Al-Qur'an.

"Jadi kalau  ada yang mau merusak budaya Indonesia itu bearti tidak paham sejarah. Islam nusantara bukan aliran baru, ia adalah cara berislam Wali Songo," ungkapnya.

Agus menjelaskan, akhir-akhir ini sebagian masyarakat Indonesia terjebak pada Islam benda. Semua ajaran Islam harus dibendakan. Kalimat tauhid ditulis dibendera bukan diamalkan rutinan. Orang alim harus pakai serban, sarung, gamis. Padahal itu bukan inti ajaran Islam. Itu hanya bungkus. Boleh pakai batik, blangkon, kaos asal hatinya zikir kepada Tuhan.

"Rencana sebagian orang Islam yang menghamba pada benda ini ingin membuat Islam tanpa batas negara. Dan menghilangkan identitas lokal. Sehingga wajar ada yang membid'ahkan. Aliran Islam transnasional banyak gagalnya di Bumi Nusantara. Orang Indonesia itu mampu mengambil hal baru tetapi tidak meninggalkan identitas aslinya. Yang mampu memahami mukjizat dan karomah Al-Qur'an kebanyakan orang Jawa," tandasnya. (Syarif Abdurrahman/Ahmad Rozali)