Berdiri sejak 10 Tahun Lalu, Gusdurian Tak Kenal Batas Usia dan Alumni
Jumat, 14 Oktober 2022 | 22:00 WIB
Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan Gusdurian Jay Akhmad dalam Temu Nasional (Tunas) Gusdurian 2022 di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur,Jumat (14/10/2022). (Foto: NU Online/Aru Lego Triono)
Aru Lego Triono
Penulis
Surabaya, NU Online
Komunitas Gusdurian yang tersebar di seluruh Indonesia dan beberapa di luar negeri, tidak mengenal batas usia. Bahkan, perkumpulan para penerus ajaran dan pemikiran KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang telah berdiri 10 tahun lalu ini juga tidak mengenal kata alumni.
Hal tersebut ditegaskan oleh Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan Gusdurian Jay Akhmad dalam Temu Nasional (Tunas) Gusdurian 2022 di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur, pada Jumat (14/10/2022).
"Gusdurian tidak mengenal batas usia dan tidak ada alumni. Artinya, Ibu Sinta Nuriyah pun termasuk Gusdurian. Kemudian kalau ada kawan Gusdurian membawa anak bayinya, ada peserta Tunas yang membawa bayinya maka dia (bayi itu) sudah menjadi Gusdurian," ungkap Jay.
Ia menegaskan, sudah 10 tahun lebih Jaringan Gusdurian menapaki sejarah Indonesia. Pada 2012 silam, Jaringan Gusdurian mulai menginisiasi pertemuan nasional yang mengumpulkan para murid dan sahabat Gus Dur dari berbagai daerah. Saat itu, hadir sekitar 100 orang dan puluhan komunitas.
Pada 14-16 Oktober 2022, Temu Nasional Gusdurian digelar di Surabaya, Jawa Timur. Agenda ini dihadiri oleh 1300 penggerak Gusdurian dari berbagai daerah, termasuk penggerak dari luar negeri. Artinya, kata Jay, Gusdurian telah semakin membesar secara berlipat-lipat sejak 10 tahun silam.
"Surabaya hari ini menjadi sejarah, 1300 penggerak yang hadir. Sekarang telah bergabung 155 komunitas, termasuk luar negeri (Kuala Lumpur, Bangkok, Teheran, Jeddah, dan London)," ungkap Jay.
Kerja Gusdurian Semakin Berat
Jay mengingatkan bahwa kerja-kerja Gusdurian akan semakin berat di masa yang akan datang. Namun, Gusdurian tetap akan melakukan diseminasi atau menyebarluaskan nilai-nilai dan perjuangan Gus Dur dengan berbagai cara. Di antaranya melalui workshop, Kelas Pemikiran Gus Dur (KPG), serta berbagai kampanya untuk melakukan kontranarasi terhadap ekstremisme di media sosial.
"Kerja kita akan semakin berat. Kita akan terus melakukan pendampingan masyarakat dan mendampingi mereka yang susah beribadah karena ditolak pembangunan rumah ibadahnya. Ini berdampak pada harapan masyarakat," ungkapnya.
Jay menegaskan, Gusdurian bukanlah penyelamat masyarakat. Namun, Gusdurian mampu berperan sebagai teman bagi masyarakat. Seiring berjalannya waktu, Gusdurian akan semakin membesar dan mampu menjawab berbagai harapan masyarakat.
"Itulah alasan kita mengambil tema Tunas Gusdurian 2022 yakni Menguatkan Integritas Gerakan, Meneguhkan Spirit Kebangsaan. Semoga ini bisa menjadi jalan kita untuk menyolidkan jaringan kita dan mendampingi masyarakat sebagai upaya unyuk meneruskan ajaran Gus Dur," pungkas Jay.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mendorong para penggerak Gusdurian untuk mampu menjadi game changer atau pengubah situasi seperti KH Abdurrahman Wahid.
Menurut Khofifah, Gus Dur telah menjadi game changer di bidang pluralisme, demokrasi, dan kemanusiaan. Sementara tugas Gusdurian saat ini adalah menjadi game changer dengan melanjutkan perjuangan, pemikiran, dan nilai-nilai yang telah diajarkan Gus Dur.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua