Palu, NU Online
Ratusan pria duduk dalam shaf-shaf rapi. Bibir mereka melafalkan tahlil. Raut wajah menggambarkan ketenangan dan kepasrahan kepada Allah. Tak sedikit bola mata terpejam dan air mata menetes. Namun bibir terus bertahlil, istighfar dan shalawat. Suara mereka menyatu dalam gemuruh yang mendamaikan.
Suasana itu terlihat usai pelaksanaan shalat Jumat (12/10) di Masjid Al-Ikhlas Desa Toaya, Kecamatan Sindue, Kabupaten, Donggala. Adalah NU Peduli yang hari itu mengajak warga Toaya bersatu dalam tahlil dan istighotsah. Tak kurang dari 300 warga aktif terlibat dalam kegiatan ini. Sebelumnya mereka juga menjalankan shalat gaib untuk warga yang meninggal karena gempa dan tsunami.
Ustadz Arsyid, imam Masjid Al-Ikhlas mengatakan ada lima masjid besar terdekat dari wilayah ini. Namun, dua masjid mengalami kerusakan parah dan belum bisa digunakan. Hadirnya Tim NU Peduli yang hari itu datang dalam rangkaian Safari Jumat, sangat disambut gembira.
Ia juga mengatakan sejak kejadian gempa bumi yang terjadi 28 September lalu, istighotsah dan tahlil baru kali ini diadakan di masjid tersebut.
“Kami sangat berterimakasih atas kedatangan dari NU Peduli Sulteng yang berkunjung di masjid ini. Banyak kegiatan yang dilaksanakan mulai shalat Jumat yang diisi oleh Tim NU dari imam dan khatib, dilanjutkan istighotsah,” papar Ustadz Arsyid.
Dalam istighotsah dan tahlil yang diikutinya, ia mengaku berdoa agar Allah mencukupkan bencana gempa bumi dan tsunami. “Banyak keluarga yang menjadi korban pada kejadian gempa yang lalu. Semoga Allah mencukupkan bencana ini,” harapnya.
Ketua Tim NU Peduli Sulteng, H Irfan Abdul Ghafar mengatakan, kegiatan istighotsah dan tahlil sengaja diadakan bersama warga terdampak gempa sebagai dukungan spiritual dan mental. Dengan istighotsah dan tahlil ini, ia berharap Allah memberikan rahmat kepada warga Desa Toaya dan sekitarnya.
(Baca: Klinik NU Peduli Perluas Jangkauan Layanan Kesehatan)
Dukungan secara fisik juga diberikan oleh Tim NU Peduli hari itu. Dukungan berupa pemberian logistik selain dibagikan untuk warga Desa Toaya, juga untuk warga Toaya Funta. Warga di pengungsian Desa Toaya Funta bahkan harus hidup dalam keadaan lebih memprihatinkan. Mereka mendirikan tenda pengungsian di lapangan dekat hutan di pantai barat Donggala. Sebagian besar rumah mereka telah hancur.
Seperti diketahui, gempa bumi pada 28 September 2018 berkekuatan 7,4 SR berpusat di Donggala. Hingga Kamis (11/10), menurut rilis BNPB gempa dan tsunami menyebabkan 2.045 orang meninggal dunia, dan 82.775 orang mengungsi.
Untuk mengatasi dampak gempa, PBNU melalui NU Peduli Sulteng melakukan penanganan bagi warga dan daerah terdampak. Penanganan dalam bentuk pembagian bantuan logistik, alat kebersihan, pencarian korban, evakuasi, psikosial dan layanan kesehatan.
Di lapangan, NU Peduli Sulteng menerjunkan para relawan yang berasal dari Banom dan lembaga NU dari seluruh Indonesia. Para relawan bekerja sesuai keahlian masing-masing.
Selain itu, NU Peduli juga melakukan penggalangan dana yang dikoordinasikan oleh NU Care-LAZISNU. Situs resmi LAZISNU, nucare.id merilis, hingga hari ini bantuan untuk warga Sulteng mencapai 5,6 miliar rupiah. (Kendi Setiawan)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua