Kembangkan Pertanian Organik, Cak Fyan: Kebaikannya Kembali ke Kita
Senin, 14 Oktober 2019 | 08:00 WIB
Muhammad Sofyan Hadi saat berada di lahan pertaniannya di Kudus, Jawa Tengah. (Foto: NU Online/Syaiful Mustaqim)
Syaiful Mustaqim
Kontributor
Muhammad Sofyan Hadi adalah satu di antara pegiat petani terpadu dari Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Kegemarannya untuk bertani menghadapi berbagai liku-liku.
“Produk barulah jadi orang pada penasaran dan orang-orang yang tahu manfaat pare pun membeli. Selain itu saya juga pernah diajak Dinas ikut pameran sampai Jakarta,” katanya.
“Kami sekarang ini memiliki 12 kolam buat untuk budidaya ikan lele sistem bioflok. Di sampingnya ada untuk tanaman cabai dan sayuran lainnya,” terang pengelola TH Farm yang bernaung di Yayasan Raudlatul Mu’minin ini.
Bertani Cukupi Kebutuhan Sehari-hari
“Hasil empon-empon uangnya sebagian untuk operasional perawatan tanaman. Hasil jualan lele untuk beli pakannya lele, dan hasil jual telur ayam kampung unggulan untuk beli pakannya juga,” urai bapak dua anak ini.
Pria yang memiliki motto: ketika kita bermanfaat untuk orang lain rezeki akan mengikuti ini menambahkan pembeli tetap empon-empon khususnya serai datang dua pekan sekali. “Kita sebutnya uang mingguan. Pembeli jeruk nipis datangnya seminggu sekali, kita sebutnya uang harian. Dan pembeli lele sebulan/dua bulan sekali, kita sebutnya uang bulanan,” sambungnya.
Adapun untuk ayam kampung unggulan hasil telurnya bisa menjual dua hari sekali, dia menyebutnyasebagai uang harian. Sedangkan ayamnya termasuk uang dua bulanan, karena memang pembesaran dijual umur dua bulanan untuk konsumsi warung.
Bagi Cak Fyan, dirinya menekuni usaha pertanian unggulan (organik) selain untuk pribadi juga untuk petani dan masyarakat umum.
“Orientasi saya selain dapat rezeki juga mengajak pemberdayaan sosial dan ekonomi. Setiap warga desa yang miskin sekali pun pasti punya pekarangan di rumahnya. Itu bisa dimanfaatkan dengan maksimal. Untuk tanam dan ternak minimal untuk kebutuhan gizi keluarga sendiri serta ekologi (menjaga tanah tidak rusak karena penggunaan pupuk kimia sintetis yang berlebihan),” tandas pria yang mengidolakan Gus Dur ini.
Di samping pemberdayaan sosial dan ekonomi warga, alumnus Pesantren Al Muayyad Mangkuyudan Surakarta ini juga mempunyai misi untuk membangun jejaring antar petani muda untuk memperkuat posisi tawar petani penghasil pertanian organik.
“Produk berkualitas (sehat) tentu harga berbeda dengan produk biasa. Ini sama dengan transaksi kebaikan. Seperti kata guru saya waktu mondok PP Al Muayyad Mangkuyudan Solo, ketika kita menjual produk baik maka kebaikan akan kembali ke kita,” papar Cak Fyan.
Anak pertama dari enam bersaudara ini mengajak petani muda untuk bertanam secara organik. “Jangan lagi menanam dengan pakai pupuk kimia sintetis. Karena itu sama dengan menjual keburukan, dan pasti akan kembali ke keluarga kita,” katanya.
Apa yang sudah dilakukan Muhammad Sofyan Hadi belumlah dirasa puas. Dirinya masih punya angan-angan untuk memperluas model pertanian terpadu dengan pola tanam organik. Sebab untuk menanam secara organik sebenarnya tidak mahal hanya dibutuhkan tenaga yaitu memanfaatkan kotoran ternak yang tersedia di lingkungan lokal untuk pupuk. Karena selama ini kotoran ternak terbuang mubazir. Angan-angan lain yang juga belum terwujud ialah mempunyai peternakan kambing untuk menambah pengembangan budidaya ayam kampung unggulannya.
Di akhir paparannya ia berharap pemerintah mempunyai kebijakan mendukung pertanian organik sehingga masyarakat bisa mengonsumsi pangan sehat, tidak dipenuhi residu kimia.
Editor: Zunus Muhammad
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Isra Mi’raj, Momen yang Tepat Mengenalkan Shalat Kepada Anak
2
Khutbah Jumat: Kejujuran, Kunci Keselamatan Dunia dan Akhirat
3
Khutbah Jumat: Rasulullah sebagai Teladan dalam Pendidikan
4
Khutbah Jumat: Pentingnya Berpikir Logis dalam Islam
5
Khutbah Jumat: Peringatan Al-Qur'an, Cemas Jika Tidak Wujudkan Generasi Emas
6
Gus Baha Akan Hadiri Peringatan Isra Miraj di Masjid Istiqlal Jakarta pada 27 Januari 2025
Terkini
Lihat Semua