Nasional

Kiai Marsudi: Harus Ada Patokan dalam Menyikapi Perubahan dan Tren

Kamis, 5 Agustus 2021 | 00:00 WIB

Kiai Marsudi: Harus Ada Patokan dalam Menyikapi Perubahan dan Tren

Ketua PBNU KH Marsudi Syuhud. (Foto: dok NU Online)

Jakarta, NU Online
Berbagai perubahan termasuk di bidang digital terus terjadi di masyarakat menyebabkan adanya tren. Ketua PBNU KH Marsudi Syuhud menegaskan, hadirnya tren tidak boleh hanya didiamkan atau diikuti begitu saja. Kiai Marsudi mengingatkan masyarakat dalam menghadapi tren untuk diikuti harus berdasarkan patokan.

 

Mengisi Webinar Internasional bertajuk Literasi Digital bersama PCINU se-Afrika secara virtual Selasa (3/8/2021), Kiai Marsudi menekankan NU sebagai pengendali utama umat dan bangsa ini harus memiliki patokan sebelum menerima dan mengikuti tren yang sedang booming.

 

"Ketika melihat satu perubahan pasti punya patokan dulu, agar jangan patokannya itu kegeret ke kanan menjadi kanan, kegeret kiri menjadi kiri, tapi bagaimana patokannya agar bisa tetap berdiri di tengah. Tawassuth dan tawazun," jelas Pengasuh Pondok Pesantren Darul Uchwah Jakarta ini.

 

Kiai Marsudi juga mengajak masyarakat untuk dapat belajar kepada perubahan yang telah dilakukan NU pada tahun 1970-an. NU yang waktu itu belum punya sekolah, lalu menerima perubahan sehingga sekarang setiap pondok pesantren memliki sekolah.

 

Mengenai patokan yang dimaksud, Kiai Marsudi menggatakan dapat menggunakan kaidah fiqih. "NU mempunyai pegangan untuk menghadapi perubahan itu, yaitu almuhafadhatu ala qodimi shlih wal aqdu biljadidi al aslah. Ini patok yang tidak boleh ditarik kanan terlalu kanan, ditarik kiri menjadi kiri, harus di tengah," terang alumnus Pondok Pesantren Ihya’ulumuddin Cilacap, Jawa Tengah ini.

 

Menurut Kiai Marsudi, fungsi almuhafadhatu ala qadimi shalih ini untuk menjaga hal-hal lama yang dahulu yang tetap relevan, dan secara bersamaan harus mampu wal aqdu biljadidi aslah, mengambil hal-hal baru yang lebih bagus. Dalam arti menjaga tradisi yang baik dan menerima perubahan baru yang lebih baik.

 

Lalu bagimana ketika faktanya terjadi ketertinggalan sampai kesalip; orang yang membaca Kiai Marsudi menganggap tidak masalah kesalip atau tidak kesalip. "Tapi bagaimana NU bisa memposisikan al ahdu biljadidi aslah, mengambil yang baik sesuatu yang baik bahkan yang lebih baik, bil jadid al aslah untuk tetap ditarik masuk, tapi jangan sampai kehilangan ke-NU-anya," terangnya.    

              

Lebih lanjut, Kiai Marsudi mengajak kepada masyarakat ber-jadidil aslah dengan cara lebih kreatif dalam beraktivitas di dunia digital. "Membuat satu kotak baru yang isinya kreativitas karya cipta, yang mereka mengikuti kita, bukan kita mengikuti mereka. Jalannya mungkin bisa seperti jalan mereka, tapi konten isinya ada pada diri kita, ada pada ajaran kita, ada pada doktrin-doktrin kita," pungkasnya.

 

Kontributor: Ahmad Nahrowi
​​​​​​​Editor: Kendi Setiawan