Kiai Zulfa Ungkap Syekh Nawawi al-Bantani Guru Utama Syaikhona Kholil Bangkalan
NU Online · Ahad, 13 April 2025 | 21:00 WIB
Bangkalan, NU Online
Dalam tradisi keilmuan Ahlussunnah wal Jamaah setiap ulama pasti mempunyai guru utama yang mewariskan banyak ilmu kepada muridnya. Tradisi ini juga yang berlaku atau terjadi pada Syaikhona Muhammad Kholil yang memiliki guru utama Syekh Nawawi al-Bantani.
Wakil Ketua Umum (Waketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Zulfa Mustofa mengatakan hal ini dalam Seminar Memorial 1 Abad Syaikhona Muhammad Kholil.
"Syekh Nawawi itu guru utamanya Syaikhona Kholil. Kenapa saya katakan guru utama, ini seperti umumnya imam empat, itu semua mempunyai guru utama, gurunya banyak, tapi guru utamanya ada," katanya dalam kegiatan yang dipusatkan di kompleks maqbarah Syaikhona Muhammad Kholil, Martajasah, Bangkalan, Jumat (11/4/2025) sebagaimana diberitakan NU Online Jatim.
Kiai Zulfa menambahkan, imam empat mazhab mempunyai guru utamanya masing-masing. Seperti Imam Abu Hanifah yang mempunyai guru Utama Hammad bin Abi Sulaiman, sementara Abu Hanifah pernah bermulazamah dengan Hammad bin Abi Sulaiman selama 18 tahun.
"Syaikhona Kholil Al-Bangkalani guru utamanya saya katakan adalah Syekh Nawawi Al-Bantani, karena beliau dalam satu kitab dikatakan ngaji mulazamah cukup lama dengan Syekh Nawawi," jelas Kiai Zulfa.
Pembuktiannya terkait hal itu, lanjut Kiai Zulfa, bisa dilihat dengan adanya perkataan Syekh Yasin Al-Fadani dalam kitab al-Iqdul Farid, yang menyebutkan bahwa sanad Syekh Nawawi al-Bantani semuanya diturunkan kepada Syaikhona Kholil. Redaksi senada juga bisa ditemukan dalam kitab Kifayatul Mustafid Lima ala Minal Asanid yang ditulis Syekh Mahfudz at-Tarmasi.
Selain itu, Syaikhona Kholil secara khusus pernah menyebut Syekh Nawawi Al-Bantani sebagai guru sufi dan zahid dalam sebuah dialog ketika Syaikhona Kholil ditanya oleh Habib Salim bin Jindan. Kala itu, Habib Salim bin Jindan pernah bertanya kepada Syaikhona Kholil tentang Syekh Nawawi yang menulis kitab dengan judul Marah Labid.
"Marah Labid kalau diterjemahkan bebas, itu artinya tempat musafir istirahat, untanya makan rumput. Kemudian yang naik untanya istirahat santai, ngeteh, ngopi. Kalau sekarang Marah Labid itu bisa diartikan rest area. Masak kitab judulnya rest area," katanya.
Kiai Zulfa menceritakan Habib Salim bin Jindan bertanya kepada Syaikhona Kholil ketika ia ngaji ke Bangkalan. "Wahai Syaikhona Kholil, Syekh Nawawi Al-Bantani dengan kefasihannya, saya kok ngerasa aneh, ada orang yang bahasa Arabnya fasih, yang baligh, memberi nama kitabnya kok Marah Labid?"
Kemudian, Syaikhona Kholil menjawab, "Syaikhuna as-sufi az-zahid, guru saya seorang sufi dan zahid, saya memang mengusulkan kepada Syekh Nawawi agar beliau mengarang kitab tafsir." Dari dua kisah rekam jejak ini, menurut Kiai Zulfa, menjadi bukti kedekatan relasi antara Syaikhona Muhammad Kholil dengan Syekh Nawawi Al-Bantani.
"Kalau kita baca muqaddimah Tafsir Munir atau Marah Labid, maka saya katakan bahwa begitu dekatnya Syaikhona Kholil dengan Syekh Nawawi," pungkasnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Pentingnya Amanah dan Kejujuran di Tengah Krisis Kepercayaan Publik
2
Khutbah Jumat: Jangan Ikut Campur Urusan Orang, Fokus Perbaiki Diri
3
Khutbah Jumat: Kelola Harta dengan Bijak
4
Khutbah Jumat: Menjadi Hamba Sejati Demi Ridha Ilahi
5
Khutbah Jumat: Pentingnya Menjauhi Lingkungan Pertemanan yang Toxic
6
Pameran Persaudaraan Indonesia-Saudi di Istiqlal 24 April-3 Mei 2025 Dibuka Gratis untuk Umum
Terkini
Lihat Semua